Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Saya senang menulis, bercerita, merenung, berdiskusi, mendengarkan apapun, membaca apapun, bercengkrama dengan anak dan isteri, memanage produksi acara televisi, membuat video, minum kopi, merokok, dan terlibat dalam humor. Motto hidup saya: "Saya tidak suka memaksa orang lain untuk suka pada saya."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Propaganda

20 November 2016   00:59 Diperbarui: 20 November 2016   02:11 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, menyebarkan Rumor. Dalam KBBI, rumor artinya desas-desus atau gosip atau kabar burung. Dari artinya saja kita sudah paham bahwa informasi yang disebarkan belum tentu benar. Rumor biasanya disebar untuk menyerang rasa ingin tahu masyarakat, menyerang ketakutan masyarakat, menyerang keraguan yang ada di tengah masyarakat, atau menyerang rasa kebencian masyarakat. Biasanya bentuk paling nyata dari penyebaran rumor adalah melalui isu SARA, karena isu tersebut mempunyai muatan sentimen dan ikatan emosional paling kuat di tengah masyarakat. Rumor yang juga sering berhasil adalah melalui isu "pro-rakyat," "keadilan," atau "pemberantasan kemiskinan."

Teknik Propaganda

Melihat sedikit penjelasan di atas, kita mulai meraba bahwa dalam praktiknya propaganda tentu memiliki teknik. Jika dicermati, ada beberapa teknik propaganda yang sering digunakan oleh para pelaku propaganda di lapangan, agar saat menyebarkan gagasan, ajakan, agitasi  atau rumor bisa berhasil. Berikut teknik-teknik propaganda yang saya sarikan dari buku Nurudin, yang berjudul Komunikasi Propaganda:

1. Name Calling

Name calling adalah teknik propaganda dengan memberikan sebuah ide atau panggilan buruk terhadap seseorang atau kelompok lain. Misalnya dengan menggunakan sebutan "provokator," "pengacau," atau dulu sering muncul sebutan "PKI." Saat ada pihak yang mengatakan bahwa kelompok lain merupakan "pengacau," maka pihak tersebut berharap dia/mereka mendapat dukungan dari rakyat terhadap idenya untuk menentang kelompok lain tadi. Presiden Amerika beberapa waktu lalu sering menggunakan istilah "teroris" untuk kelompok-kelompok Islam yang berseberangan dengan kebijakannya. Tidak jelas benar apakah kelompok Islam itu teroris betulan atau bukan, yang pasti Presiden AS berharap rakyat AS dan masyaraat dunia mendukungnya. Saat Presiden AS menggunakan sebutan "teroris" kepada kelompok Islam tertentu, maka ia sedang melakukan teknik propaganda name calling.

2. Transfer

Transfer merupakan teknik propaganda dengan menggunakan "sesuatu" yang dianggap lebih dihormati oleh banyak orang. Misalnya PDIP selalu menggunakan nama atau pengaruh Soekarno agar dikagumi oleh rakyat Indonesia. Kenyataannya memang sosok PDIP menjadi sangat susah dilepaskan dari figur Soekarno. Teknik transfer juga bisa dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan sesuatu yang dianggap luhur. Misalnya seorang calon Presiden Amerika selalu menggunakan pakaian khas "Paman Sam" atau bendera Amerika saat berkampanye.

3. Plain Folk

Plain Folk adalah teknik propaganda dengan cara memberikan identifikasi (pengenal) terhadap suatu ide. Pada masa Orde Baru, misalnya Golkar pernah menggunakan identifikasi bahwa Soharto adalah "milik rakyat." PDIP menggunakan identifikasi bahwa partainya adalah partai "wong cilik." Sementara PPP mengidentifikasi partainya sebagai satu-satunyanya partai yang mewakili umat Islam. Plain folk biasanya lebih dikenal dengan istilah "basa basi politik."

4. Bandwagon

Bandwagon adalah teknik propaganda dengan menggemborkan kesuksesan yang pernah dicapai seseorang atau sebuah lembaga untuk mencapai kepentingan yang baru. Misalnya Golkar pada masa Orde Baru sering menggemborkan bahwa partainya telah berhasil mensukseskan "pembangunan ekonomi nasional." Tempo hari Presiden SBY menggemborkan bahwa dia berhasil menjadi "bapak perdamaian" di Aceh dan Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun