Di halaman depan rumah kita.
Namun..
rumput itu tetap tumbuh dan berjuang hidup.
Tapi kita adalah kita yang seperti saat ini.
jadilah dia rumput (yang kita) hina dan nista.
(Yang kita do'akan agar) Tuhan pun akan dan terus melaknatnya.
Tapi tunggu dulu!!!
Bukankah rumput hina itu ada di rumah kita sendiri?!
Di halaman depan rumah kita sendiri?!
Menghujat halaman rumah sendiri yang notabene adalah etalase kepribadian diri.
Dan kemudian berharap rumput tetangga tadi akan hadir di halaman kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!