Ngembat uang triliunan milik negara memang bajingan. Tapi sekali-sekali kita perlu simulasi di dalam pikiran. Hasilnya --> Â memang sulit menjaga kewarasan kalau megang uang triliunan.
Dadi yo ngAlhamdulillah awakmu ora dadi pegawai pajak. Jadi pegawai CV Gembus Jaya adalah tempatmu yang pas. Lha ya'opo, Â jangankan 1 triliun, uang 150 ribu saja kamu kemplang.
Catet yo le, kita ini belum jadi koruptor karena nggak berada di lahan yang subur untuk korupsi.
Anti korupsi itu wajib. Perang melawan korupsi harus digalakan. Tapi itu semua percuma kalau imannya payah. Minimal punya basic agama yang lumayan. Walau orang yang agamis tidak menjamin untuk tidak korupsi.
Dulu malaikat sempat kecolongan. Ceritanya ada 2 partai politik, partai agamis dan partai sekuler. Para malaikat memfokuskan diri untuk menjaga partai sekuler agar tidak korupsi. Dipikirnya partai agamis tidak akan korupsi, karena basic agamanya oke. Eh lha kok yang korupsi malah partai agamis. Korupsi sapi! Dobolll.
Asli malaikat kecewa. Saat itu banyak malaikat yang mengajukan resign.
Tapi sepertinya jaman sekarang ini korupsi sudah bagian dari hidup yang harus dijalani. Ora et labora, ora korupsi ora mangan. Korupsi itu sebagian dari iman (HR Musyrik).
Korupsi itu banyak modelnya, nggak cuman ngemplang uang negara. Laporan lemburan palsu juga masuk korupsi, korupsi kelas kere. Orang yang basic agamanya lumayan, tiap hari menulis lemburan palsu itu melelahkan secara batin. Rasa bersalah itu pasti ada. Kecuali yang hatinya berkarat, gak ngurus, lelah opo.
Yang jelas menipu tiap hari itu capek, membosankan dan menyesakan hati, karena mengingkari hati nurani.
Padahal kalau kamu tahu korupsi itu kayak pesugihan, enaknya diawal. Uang  yang didapat dari cara nggak benar pasti minta 'tumbal'. Barang yang dibeli dari uang haram pasti akan menyengsarakan pemiliknya. Bolak balik rusak, uang habis untuk servis atau beli lagi.  Atau kasus yang lain yang menguras dompet, pokoke onok ae.