Ini bagus, teknologi jadi pelengkap atau penunjang karya seni. Karya yang dibalut teknologi bukanlah karya seni yang kacangan. Digital art bukan berarti memanipulasi, tapi menggunakan media digital untuk menciptakan karya seni. Itu semua karena tuntutan jaman. Kita tidak hidup di masa lalu.
Kata Imam Maskun (teman seperguruan Seni Rupa IKIP Malang) sang founder ArtOs, dengan adanya kolaborasi seni ini diharapkan dapat mengangkat perekonomian dari sektor pariwisata di Banyuwangi. Apik. Terutama ekonomi para seniman. Perlu disupport iki.
Event ini didukung penuh oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno. Sip wis. Berarti ini event serius, nggak ecek-ecek.
Sandiaga Uno menilai event ArtOs Nusantara sebagai event yang unik dan menjadi bagian dari pengembangan pariwisata di Banyuwangi. Dia berharap event ArtOs Nusantara mampu memberikan dampak positif untuk semua stake holder (VEXANIUM, RPM, STARX, Improduction.io).
Event ini juga diramaikan oleh seniman Ketut Putrayasa, S.Yadi. K, Faizin dan juga seniman nasional macam Nasirun, Iwan Yusuf, Anagard, Putu Sutawujaya, Ugo Untoro, Budi Ubruk, Katirin, dan Erika.
Mereka adalah seniman-seniman yang karyanya punya karakter kuat dan idealisme yang  tinggi. Gak koyok awakmu, pura-pura pameran ternyata jualan. Seniman kelontong. Tapi gak popo, level kesenimanan seseorang itu beda-beda.  Apalagi seniman tidak diurusi negara. Ya akhirnya jadi penjual lukisan.
Nggak cuman diramaikan perupa tapi juga penyanyi. Sania rencananya juga ikut meramaikan event ArtOs mendatang. Jujur aku nggak terlalu kenal Sania, sing jelas guduk Sania ponakane Suyat. Pokoke rame pol lah. Selamat dan sukses selalu buat ArtOs. Salut!
That's all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H