Memang sudah saatnya nasib seniman diperhatikan serius oleh negara. Di jaman yang serba canggih ini para seniman atau perupa terasa ngos-ngosan mengejar kemajuan teknologi yang semakin menenggelamkan originalitas manusia.
Teknologi memang mempermudah kerja manusia, tapi tidak untuk membuat karya seni instan. Bagi orang non seni rupa sih oke-oke saja, sekedar untuk lucu-lucuan atau yang lain. Tapi bagi perupa itu haram jadah.
Sekarang ini ada yang namanya AI (Artificial Intelligence). Sebuah simulasi kecerdasan buatan yang  diterapkan ke aplikasi tertentu yang bisa menciptakan gambar atau karya seni secara instan. Hasilnya sangat mirip dengan karya seni asli hasil goresan tangan manusia.
Kadang teknologi bisa jadi sebuah kejahatan yang sempurna. Membunuh manusia dengan cara perlahan akibat banyak mata pencaharian yang musnah karenanya. Aku salut pada situs seni ArtStation yang menggalakan jargon : "No fake art, support artist. " Ketahuan ada yang aplot karya instan pakai AI langsung di-banned.
Makanya aku salut pada para seniman perupa yang masih eksis di 'dunia nyata', nggak cuman di dunia maya saja koyok aku iki. Mereka-mereka yang masih terus mengadakan pameran atau event seni rupa. Untuk menyadarkan bahwa kita masih manusia, bukan robot AI.
Salah satunya adalah event ArtOs (Art Osing) Nusantara yang  rencananya akan digelar pada 20-28 Mei 2023 di Pantai Marina Boom, Banyuwangi, Jawa Timur. Dicatet ya.
Event ini memamerkan karya seni dari berbagai bidang seni. Dari seni lukis, seni patung, seni instalasi, seni multimedia, seni pertunjukan, sampai seni musik yang bagus di Banyuwangi. Sing jelas pamer awak ora ono, opo maneh pamer rai hasil jepretan kamera jahat. Wadoh, ke laut aje.
Event ini berkolaborasi dengan VEXANIUM, RPM, STARX, Improduction.io yang merupakan perusahaan-perusahaan teknologi. Kolaborasi berupa roadmap Web3 seperti NFT Musik dan Lukisan, juga Metaverse Exhibition Platform. Nggak paham khan? Salaman, kita sama-sama gaptek.
Para perusahaan teknologi ini membantu mengakselarasi karya seni Indonesia to the next level bahkan ke tingkat global. Nggak cuman umek nang kampunge dewe jadi jago kandang, tapi sampai ke luar negeri. Â
Ini bagus, teknologi jadi pelengkap atau penunjang karya seni. Karya yang dibalut teknologi bukanlah karya seni yang kacangan. Digital art bukan berarti memanipulasi, tapi menggunakan media digital untuk menciptakan karya seni. Itu semua karena tuntutan jaman. Kita tidak hidup di masa lalu.
Kata Imam Maskun (teman seperguruan Seni Rupa IKIP Malang) sang founder ArtOs, dengan adanya kolaborasi seni ini diharapkan dapat mengangkat perekonomian dari sektor pariwisata di Banyuwangi. Apik. Terutama ekonomi para seniman. Perlu disupport iki.
Event ini didukung penuh oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno. Sip wis. Berarti ini event serius, nggak ecek-ecek.
Sandiaga Uno menilai event ArtOs Nusantara sebagai event yang unik dan menjadi bagian dari pengembangan pariwisata di Banyuwangi. Dia berharap event ArtOs Nusantara mampu memberikan dampak positif untuk semua stake holder (VEXANIUM, RPM, STARX, Improduction.io).
Event ini juga diramaikan oleh seniman Ketut Putrayasa, S.Yadi. K, Faizin dan juga seniman nasional macam Nasirun, Iwan Yusuf, Anagard, Putu Sutawujaya, Ugo Untoro, Budi Ubruk, Katirin, dan Erika.
Mereka adalah seniman-seniman yang karyanya punya karakter kuat dan idealisme yang  tinggi. Gak koyok awakmu, pura-pura pameran ternyata jualan. Seniman kelontong. Tapi gak popo, level kesenimanan seseorang itu beda-beda.  Apalagi seniman tidak diurusi negara. Ya akhirnya jadi penjual lukisan.
Nggak cuman diramaikan perupa tapi juga penyanyi. Sania rencananya juga ikut meramaikan event ArtOs mendatang. Jujur aku nggak terlalu kenal Sania, sing jelas guduk Sania ponakane Suyat. Pokoke rame pol lah. Selamat dan sukses selalu buat ArtOs. Salut!
That's all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H