Saat itu badan Ririn lemah lunglai tak berdaya karena selama seminggu terperangkap mantel maut yang dihuni jin penguasa tambang itu. Mana sempat makan dan minum. Membaca saja susah.
Aroma bau busuk menyeruak menusuk hidung. Aria yang berada tidak jauh dari arena duel jin penguasa tambang dan para orang pinter tadi sampai mau muntah. Mungkin karena pocong Ririn seminggu nggak mandi kali ya. Kalau kebelet pipis nggak buka kain pocongnya, langsung ngompol.
Setelah mantelnya dibakar dengan disertai doa, mereka pun membawa Ririn ke rumah sakit. Di sana Ririn menjalani pemulihan selama 4 hari.
Selama di rumah sakit, Aria masih setia ikut menjaga Ririn dengan ditemani si orang pinter. Karena si jin penguasa tambang masih bebas berkeliaran dan ditakutkan akan melakukan balas dendam.
Esoknya ibunya Ririn dan teman ceweknya Ririn datang menjenguk. Mereka menangis melihat nasib Ririn. Saat itu ibunya marah besar pada suaminya, "Sampai kapan main ilmu-ilmuan!? Apa nggak kasihan lihat anak sendiri yang jadi korban!? Monyet loe! (eh yang ini tambahan dari saya)."
Setelah Ririn dinyatakan sehat, rombongan keluarga Ririn langsung pulang ke Jakarta. Aria pun lega. Urusan perpocongan akhirnya tuntas. Dia bisa pulang ke rumah dan melanjutkan hidup. Memanggul karung isi tepung terigu di pasar. Judulnya : Aria the Backbone Family (Aria si tulang punggung keluarga).
Tapi ternyata Aria salah besar. Ririn sebenarnya masih dalam penguasaan jin penguasa tambang. Dia nggak rela karena mantel yang sudah jadi sarangnya itu dibakar habis. Dia menuntut bapaknya Ririn membelikan mantel yang sama persis dengan mantel sebelumnya. Kalau tidak dituruti, Ririn akan terus diganggu dan kemungkinan besar nyawanya terancam.
Jin penguasa tambang nggak akan bisa lepas dari bapaknya Ririn jika tidak dikasih tumbal dari keluarga Ririn sendiri. Di malam saat setelah menumbalkan 2 karyawannya, Â bapaknya Ririn didatangi jin penguasa tambang yang marah besar, "Ini perjanjian antara aku dan kamu. Jika ingin membatalkan atau mengakhiri, kamu harus mengorbankan keluargamu sendiri. Bukan orang lain!"
Beberapa hari setelah Ririn pulang ke Jakarta, Ririn telpon Aria. Intinya Ririn minta Aria main ke rumah Ririn di Jakarta. Dia ingin ketemu Aria. Tapi Aria belum bisa nyanggupi karena memang belum liburan sekolah.
Hari berikutnya bapaknya Ririn yang telpon. Dia benar-benar serius minta Aria main ke rumah Ririn di Jakarta. Soal biaya dan tetebengeknya, Bapaknya Ririn yang ngurus. Pokoknya Aria diminta dengan sangat untuk datang ke Jakarta. Titik, tanpa koma.
Karena sungkan, Aria pun menyanggupi. Datanglah dia ke Jakarta bersama kakak temannya yang dulu jadi tour guide di gunung Salak. Padahal saat itu nggak libur sekolah. Aria berani bolos karena bapaknya Ririn yang menjamin semuanya. Dia ijin langsung ke Kepseknya Aria. Pokoknya "86" lah kalau sama orang kaya.