Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tidak Ada Buku Pendidikan Seks yang Porno

28 Februari 2017   14:36 Diperbarui: 1 Maret 2017   04:00 3534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari jaman Neolitikum sampai Millenium, di negeri ini belum ada konsep yang jelas bagaimana baiknya konten buku pendidikan seks untuk anak.

Buku "Aku Berani Tidur Sendiri" yang baru saja diluncurkan oleh penerbit TS pun kandas di tengah jalan. Padahal dalam proses pembuatannya sudah konsultasi pada dokter dan psikolog. Tapi tetap saja, masyarakat masih ndlahom bin plonga plongo pola pikirnya.

Dulu di tahun 1989 juga ada buku pendidikan seks untuk anak  judulnya"Adik Baru". Buku ini nasibnya nggak jauh beda dengan "Aku Berani Tidur Sendiri" (ABTS), sama-sama lengser keprabon.

Buku ABTS seolah-olah porno karena dibaca sepenggal. Penggalan tadi di blow up di medsos. Gegerlah  dunia perkentuan. Apalagi pola pikir masyarakat kita masih kolot, sempit, kagetan, nggak paham konteks dan sering keseleo otak alias berpikir tidak pada koordinat yang pas. Walhasil buku ABTS pun harus balik kucing, ditarik dari peredaran.

Membaca buku pendidikan seks itu harus dibaca dari awal sampai akhir. Jangan kayak nonton film bokep, dilihat hanya pas adegan tumpak-tumpakan tok.

Buku pendidikan seks beda dengan majalah porno. Namanya juga pendidikan seks, yang dibahas pastilah seputar kelamin dan perilaku seksual, pengendalian diri dari perilaku seksual dan resikonya. Tentu saja diksi disesuaikan dengan segment pembacanya. Jika cuman bicara seks dan mengeksploitasi bodi wanita atau pria telanjang, itu majalah porno.

Ibarat seorang Ustadz,  nggak cuma bercerita soal indahnya surga, tapi juga ngerinya siksa neraka.  Sebaliknya jangan cuma ngajak berbuat baik, tapi kasih tahu nikmat dan manfaatnya berbuat baik.

Bagiku konyol kalau buku itu dilarang, mengingat buku itu sudah dikonsultasikan ke dokter dan psikolog, pihak yang berkompeten di bidangnya. Pelajaran Agama dan Biologi memang ada bahasan soal seks. Tapi tidak semua dibahas oleh guru, karena keterbatasan waktu dan keterbatasan ilmu si guru. Ada beberapa aspek yang tidak mampu dibahas oleh guru-guru tadi.

Susah kalau berhadapan dengan manusia kolot plus nggak paham konteks. Dulu Ibnu Sina (seorang pakar kedokteran muslim) dimusyrik-musyrikan ketika mempelajari anatomi wanita. Beliau dianggap mengeksploitasi tubuh wanita yang bukan muhrimnya.

Towengwengwengggg.

Ya'opo se rek, mempelajari ilmu kedokteran ya memang begitu, wajib tahu detail anatomi manusia. Konyolnya, mereka memusyrik-musyrikan Ibnu Sina, tapi mereka ngamuk saat ilmunya diklaim oleh ilmuwan Barat. Sudah kolot, goblok pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun