Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tidak Ada Buku Pendidikan Seks yang Porno

28 Februari 2017   14:36 Diperbarui: 1 Maret 2017   04:00 3534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman sekarang pun kebodohan seperti itu masih banyak terjadi. Ketika seorang wanita hamil, suaminya tidak mau kalau dokter yang memeriksa kandungan atau membantu kelahiran istrinya seorang pria. Dipikire doktere ngaceng nonton 'gua garba' bojone. Padahal gilo rek, nggak sedikit wanita yang akan melahirkan belum sempat mandi. Howeeek, ambune!

Kalau nggak bermental baja, dokter kandungan bisa stress karena tekanan batin. Saking seringnya nonton vagina wanita, bisa jadi dokter kandungan kurang greng saat lihat punya istrinya.

Sekarang dunia kedokteran sudah sangat modern. Nggak cuma pria yang jadi dokter, wanita pun banyak.  Jadi jangan heran kalau ada dokter wanita (berjilbab pula) yang mengautopsi mayat. Nggak cuman mengautopsi mayat wanita, tapi juga pria. Tentu saja mayat yang diautopsi telanjang bulat, ketok peline gondal gandul.

Buku panduan menyusui bagi ibu muda pun digambarkan dengan vulgar, gambar susu beserta pentilnya. Dan itu bukan pornografi. Kalau menurutmu porno, itu karena pikiranmu tidak pada koordinat yang pas.

Seorang mahasiswa senirupa jurusan nggambar pun dituntut tahu anatomi luar manusia. Karena  untuk menggambar gesture tubuh, harus paham dulu anatomi. Maka jangan kaget kalau mahasiswa seni rupa murni modelnya wanita telanjang saat kuliah gambar. Dan itu bukan urusan seks. Pikiranmu kentu tok ae.

Jadi, Jangan gegabah menilai dulu sebelum jelas persoalannya. Sebelum menvonis vulgar atau porno, dipahami, ditelusuri dulu, untuk kepentingan apa suatu produk dibuat. Karena untuk tujuan ilmu pengetahuan, mempelajari seks atau organ tubuh manusia bukanlah pornografi. Dan itu bukan sekulerisme.

Jadi ingat Tuan Guru (Kyai) di Bima yang memperbolehkan santrinya berinternet di jam-jam tertentu, agar santrinya mengenal dunia luas. Banyak kalangan (kolot) yang memprotesnya, mereka takut santrinya akan mengakses situs porno.

Tentu saja Tuan Guru tidak menanggapi pemikiran kolot itu, beliau cuma bilang, "Kalau anda berpikir seperti itu, berarti anda juga begitu!" Artinya, omongan seseorang itu menunjukan dirinya. Jadi mereka yang nggak setuju santri berinternet itu sebenarnya mengakses situs porno saat berinternet.

Itu lah yang terjadi pada kebanyakan kita, lebih takut dampaknya daripada manfaatnya. Lebih fokus pada kemungkinan terburuk daripada berprasangka baik. Akhirnya awet goblok (koyok aku).

Kalau cara berpikir kita masih keseleo dan sukanya berprasangka buruk, nanti jadi kayak cerita Abu Nawas di bawah ini.

Suatu hari Abu Nawas ditangkap dan selanjutnya diadili. Di persidangan Abu Nawas bingung, karena merasa tidak melakukan tindakan kriminal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun