Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menginjak-nginjak Keris, Menghina Budaya Nusantara

8 Oktober 2016   13:44 Diperbarui: 10 Oktober 2016   13:05 4196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.facebook.com/perdana.akhmad/posts/10207335029075977

Begitulah, buanyak Muslim yang belum bisa (atau takut berpikir) membedakan antara budaya dan agama, antara madzhab dan agama, juga yang lain.

Agama Islam itu agama Aqliyah (cara berpikir). Agama itu tidak berguna kalau kita tidak siap dengan akal dan logika. Kalau manusia tak pakai akal dan logika, apa bedanya dengan burung Beo yang hanya bisa meniru suara orang tapi tak paham apa yang dikatakannya.

Maka pendidikan Islam nomer satu itu penggunaan akal. Kalau bahasa ustadz-nya "Afala ta'qilun afala tatafakkarun". Apakah kalian tak memakai akal? Apakah kalian tak menelaah? Apakah kalian tak berpikir?

Banyak orang yang bicara agama tapi tidak dengan dimensi budaya dan dimensi sosial. Ketika ada kaum yang melakukan ritual adat langsung dicap musyrik tanpa mau memahami ada apa dibalik semua itu.

Padahal kebanyakan konsep ritual budaya di Nusantara itu manembah : mempersembahkan kehidupan, jiwa raga dipasrahkan padaNya. Bukan untuk jin iprit, genderuwo dan konco-konconya.

Maka guru (ustadz, kyai, ulama) yang baik adalah guru yang membuka pori-pori kecerdasan, bukan guru yang cuman menyuruh membaca dan menghafal ayat. Murid juga jangan jadi keranjang, jadilah mesin pengolah. Ilmu yang didapat nggak cuman diterima tapi diolah.

Bagi yang sudah menemukan kebenaran nggak usah sombong, nuding-nuding orang lain sesat. Hormati mereka dalam proses menemukan. Hidayah nggak bisa dipaksakan. Kalau dipaksa dengan frontal malah mental. Lha wong Nabi sendiri nggak bisa mengIslamkan pamannya opo maneh raimu.

Wis ah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun