Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka Itu Mitos

15 Agustus 2016   15:34 Diperbarui: 27 Agustus 2016   07:28 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling parah adalah begitu gampangnya kita dibodohkan dengan mitos kesehatan dan propaganda palsu dari Barat yang dilegalisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO). (soal ini baca buku "Membunuh Indonesia", donlot di sini PDF-nya).

Bagaimana komiditi kelapa (kopra) dibantai dengan propaganda bahaya kolesterol dan diganti dengan minyak Canola. Saat itu kopra sedang berjaya di dunia. Produksi garam lokal juga sekarat karena gencar disosialisaikannya garam yodium yang katanya lebih oke .

Begitu juga dengan tembakau. Sampai sekarang pun kita sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa rokok itu nggak sehat. Padahal yang terjadi bukan rokoknya yang tidak sehat tapi cara merokoknya. Walhasil petani tembakau pun mrongos jaya manunggal santosa.

Apa pun bisa nggak sehat kalau berlebihan. Nasi pun kalau berlebih bisa diabetes, daging kambing yang berlebih bisa darah tinggi dan ngacengan. Jadi pahami dulu kapasitas tubuh ente sebelum mengkomsumsi ini itu. Masih SD sudah ngerokok, yo paru-parune ambrol.

Dari dulu sampai sekarang kita masih meributkan mie instan berbahaya karena mengandung MSG dan zat kimia lainnya . Oalaa, ojok percoyo! Apa pun berbahaya kalau ente berlebihan memakannya. Yang penting tahu batasannya.

Kebanyakan kita nggak sadar, bahwa sekarang pun kita masih 'perang'. Perang budaya, perang ideologi, perang ekonomi dan lainnya. Mereka terus berupaya bagaimana caranya negeri ini tetap kerdil, cebol, ndlahom, mblendesss...

Cek lagi ilmu kesehatan dari Barat. Kita punya ketahanan dan gen yang berbeda dengan mereka. Juga sejarah negeri ini yang ditulis oleh sejarawan Barat. Belajarlah sejarah Jawa dari orang Jawa asli. Jangan belajar Babad Tanah Jawa dari De Graff (sejarawan Belanda). Tapi sakarepmu..

Di bidang budaya, kita dibikin minder dengan budaya sendiri. Kita lebih cinta dongeng dari luar daripada dongeng anak negeri. Buanyak sekali cerita rakyat yang  jika digarap mateng bisa lebih dahsyat dari Cinderella, Snow White, Alice In Wonderland, Frozen, Naruto Kentu..

Malah falsafah Jawa 'sedulur papat lima pancer' diadopsi oleh Walt Disney dalam film animasi "Inside Out" (2015).  Tapi kita memang bangsa cuek yang gampang sekali gembira. "Silakan ambil sana, gak ngurus!" Dan sekarang asyik masyuk memburu Pokemon. Ora popo wis, daripada Poke Raje..?????

Di samping produsernya nggak pede dan kere, di negeri ini kreator kurang dihargai dan kreatifitas nggak bisa bersemai karena lahannya kering.  Nggak salah kalau mereka pada hijrah ke negeri orang.

Just remember : Indonesian dream is become to be PNS or TKI. Am I right? Wenesko weneske was wes wus wes wosss..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun