"Woii..lihatlah wahai umat manusia, ini lho aku punya henpon mahal..!"
Orang sekarang punya jargon : gengsi atau mati. Kalau gadget ketinggalan jaman, malu setengah mati, tapi kalau antri Raskin atau Bantuan Langsung Tunai sama sekali nggak malu. Makanya nggak heran tiap ada acara 'Indonesia Mencari Zakat' selalu diserbu peminat.
Dan itulah yang sering diwanti-wanti Mbak Nunung ke Gendoel : menempatkan gengsi dengan benar.
Bahkan sebenarnya punya barang mahal itu susah. Lihat saja orang yang punya helm mahal. Helm yang seharusnya di tempat parkir, ikut masuk ke ruangan kantor. Ke warung makan pinggir jalan, helmnya pun ikut dibawa masuk. Saat sholat di masjid pun jadi nggak khusyu' karena ingat helmnya masih di parkiran, takut dikoleksi maling.
Itulah maka kemewahan tidak selalu membuat hati senang dan tenang. Bahkan bisa malah menjerumuskan. Maka dari itu sederhana lebih dianjurkan. Karena sebenarnya dalam kesederhanaan ada kemewahan.
Walau hanya lauk tempe tapi kalau dimakan rame-rame sama sahabat akan terasa mewah jika dibandingkan makan Pizza di restoran mewah tapi sendirian, ndlahom, plunga-plongo tak ada teman ngobrol.
Gendoel jadi yakin kalau doi sekarang miskin itu karena sedang dilindungi Tuhan. Jika kaya, dia mungkin terjerumus ke lembah pamer. Punya mobil  baru diaplot di fesbuk, naik haji diaplot di Istagram, Zakat sapi pun jadi status fesbuk, "zakat tahun ini sapi Metal 2 ekor saja, ngAlhamdulillah..mohon like dan share yaaa."
Jadi sekarang Gendoel tak perduli, mau miskin atau kaya itu urusan Tuhan. Yang penting sebagai manusia dia cuma bisa berusaha dan berdoa semaksimal mungkin.Â
Bahkan usaha yang terus menerus untuk mencapai keberhasilan (sukses) itu juga prestasi, walaupun nggak berhasil. Yang dinilai itu usahanya. Manusia tidak diwajibkan berhasil tapi diwajibkan berjalan di jalan yang lurus sesuai perintah-Nya.Â
Subhanalloh..