Di kota, Gendoel berteman dengan Giant, anak gaul yang kemana-mana nenteng Gadget canggih. Tiap hari Giant tak pernah lupa ngeksis di Medsos. Dari bangun pagi, ke toilet, sarapan sampai sebelum tidur malam, tak pernah telat di-update.
Suatu kali Giant kenalan dengan cewek cantik (kalau lihat foto profilnya sih begitu) di fesbuk, sebut saja Julaikah. Julaikah penasaran dengan nama Giant yang artinya raksasa itu.
Julaikah : "Namanya keren euy..Giant..raksasa. Kalau boleh tahu nama lengkapnya siapa sih?"
Giant : "Ehm..anu..Sugianto..."
Julaikah : "Piye???&*%$???".
Oalaa..adza adza ajza dwech ach..
Gendoel yang tak ber-HP itu diejek terus sama Giant sebagai anak kuper. Tapi Gendoel tak bergeming. Doi cuek dengan omongan Giant. Walaupun begitu  Gendoel sempat bertanya sekedar ingin tahu : "kalau bikin akun fesbuk itu iuran bulanannya berapa sih..??"
Towengwengwengggggg.....
Gendoel sudah terlatih apa adanya. Bapaknya yang suku Jawa terakhir, fanatik pada budaya Jawa yang luhur, senantiasa mengajari Gendoel falsafah Jawa. Walhasil Gendoel jadi bocah yang njawani, sopan, baik hati dan sederhana. Tapi jangan pernah coba bertingkah sama Gendoel, walaupun kurus, sekali tendang rontok jantungmu.
Gendoel tak minder walaupun hanya lulusan SMP. Doi tetap semangat belajar dan bekerja membantu Mbak Nunung di kedai cukurnya. Bahkan doi malah lebih cerdas dan matang pikirannya dari anak seumurannya. Pokoknya 'Ora et Labora', ora mangan ora opo-opo.
Tiap hari Mbak Nunung selalu ngasih semangat dan pencerahan pada Gendoel. Misal sore itu, Mbak Nunung mengulas tentang penyakit orang modern : pamer. Betapa banyak orang yang mengeluarkan henpon canggih dari dalam kantong celana bukan karena ada SMS atau telpon, tapi ingin pamer ke orang lain kalau dia punya barang mahal :Â