Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jamaah Maiyah adalah Kader dari Indonesia yang Sejati?

21 Maret 2016   17:42 Diperbarui: 21 Maret 2016   19:29 17142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Maiyah tidak pamer ilmu, mereka menggunakan ilmunya hanya saat dibutuhkan, bukan untuk sok-sokan. Mereka kadangkala nge-share ilmu, dan itu bukan berarti pamer ilmu. Selama ilmu itu bisa mencerahkan, berguna untuk kemaslahatan umat dan dapat dipertanggungjawabkan, why not? Olraitt?

Orang Maiyah itu netral, out of the box dari hiruk pikuk politik negeri ini. Tapi bukan berarti apatis. Mereka adalah para pendamai. Jangan kaget kalau ada orang Maiyah yang 'menampar' ente di Medsos. Jika ente bikin status neko-neko, berpotensi bikin gaduh, atau apapun yang sifatnya sok-sokan. Dengan 'tamparan' dahsyat yang bisa bikin ente mengkeret, mungkret, manuk puret.

Tapi orang Maiyah sebisa mungkin menghidari perdebatan. Karena percuma, nggak akan ada ujungnya. Podo gemblunge eyel-eyelan masalah yang sama sekali nggak dikuasai. Kemampuannya sebatas pengetahuan bukan ilmu. Dan itu pun parsial, nggak menyeluruh dan masih jauh kalau disebut pakar. Apalagi debat soal agama, prei ae Mblo!

Apalagi ilmu Maiyah tidak mudah dipahami oleh orang yang terbiasa berpikir linear. Boleh saja nge-share atau posting ilmu yang didapat dari Cak Nun . Tapi jangan sepotong-sepotong, karena pemahamannya bisa lain dari yang dimaksudkan. Apalagi kalau yang baca postingan tadi tidak tahu atau mengenal Cak Nun sebelumnya, pasti uring-uringan, darah tinggi, stroke..opname.

Orang Maiyah dididik untuk bertanya, bukan menjawab. Karena hidup di negeri yang amburadul ini jangan mudah percaya pada yang anda dilihat, anda dengar dan bahkan yang anda pahami. Ente harus hidup dengan memulai pertanyaan-pertanyaan baru atas segala sesuatu. Intinya belajar bertanya dulu, nggak usah berpretensi untuk njawab..menengo, koen iku gak eruh!

Nggak cuman ilmu yang nggak suka dipamerkan. Apa pun itu yang sifatnya membanggakan diri dan berpotensi pamer, ditinggalkan. Ibadah memang jangan dipamerkan, dijadikan status fesbuk : "puas, sudah sedekah 2 trilyun pada anak yatim" atau "Alhamdulillah malam ini shalat tahajjud 50 rakaat." atau "OTW shalat dhuha."

Mereka terdidik untuk mengingatkan dan mengajak kebaikan tapi tidak memamerkan. Pokoknya berbuat baik usahakan tak seorang pun tahu. Jangankan manusia, kalau bisa jangan sampai Tuhan tahu kalau sedang ibadah untukNya. Ikhlas total!

Maka jangan heran kostum mereka biasa saja, tidak menunjukan keislamannya. Juga tidak menunjukan dirinya : "aku orang Maiyah lhoo..." Mereka nggak bergamis, berserban atau apapun yang malah membuatnya seperti bangsa lain. Dan jidatnya nggak gosong, karena bakalan ketahuan kalau rajin shalat dan itu bisa berpotensi pamer (mungkin alas sujudnya harus lembut kali ya) Yang penting saat mereka di tengah masyarakat bisa mengamankan, menentramkan dan mendamaikan.

"Agama itu letaknya di dapur, nggak perlu dipamerkan di warungnya. Nggak masalah kamu masak di dapur pakai gas, kompor biasa atau apa pun yang penting yang kamu sajikan di ruang tamu adalah masakan yang menyenangkan semua orang..begitu juga dengan agama, nggak masalah agama apapun yang di anut yang penting output di masyarakat itu baik..jadi orang yang mengamankan, menentramkan, menolong saat dibutuhkan.." kata Cak Nun.

[caption caption="suasana di Kenduri Cinta (sumber : kenduricinta.com)"]

[/caption]

Orang Maiyah nggak mudah terseret oleh hal-hal yang sifatnya menyakitkan hati yang bisa memecah belah umat. Mereka nggak hobi teriak "Dajjal!", "Laknatulloh!", "Kafir!", "Syiah!" atau sejenisnya yang sempat trend akhir-akhir ini. Mereka membebaskan diri dari istilah-istilah seperti itu. Mereka terbiasa meluaskan hati dan pikiran. Tidak gampang menuduh sesat atau teriak kafir pada orang lain karena itu menyakitkan hati. Dan agama apa pun melarang menyakiti hati manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun