Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Janji Tuhan Jangan Dijanjikan Oleh Manusia.." [Think Different Ala Cak Nun]

3 Juli 2015   15:13 Diperbarui: 21 September 2015   16:35 156791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka hati-hatilah dalam berpikir. Karena pikiran akan jadi ucapan. Dan ucapan akan jadi perbuatan. Perbuatan yang terus menerus akan menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasaan maka akan menjadi karakter hidup. Kalau sudah menjadi karakter lama-lama menjadi unsur dari kebudayaan dan bersama-sama menjadi kebudayaan masyarakat. Kalau kebudayaan masyarakat dibiarkan tanpa kritik atas dirinya maka dalam jangka waktu tertentu akan menjadi peradaban. Kalau sudah jadi peradaban, susah untuk dirubah lagi. Ibarat batu yang sudah jadi akik.

Begitu juga Endonesah dengan korupsinya, dengan kecurangannya, dengan kedengkiannya..tidak bisa dirubah lagi. Maka pisahkan dirimu dengan Endonesah yang itu.Temukan dirimu, kamu regulasi lagi, kamu teliti lagi benihmu, kesejatianmu.

Per-nya hidup adalah berpikir dengan benar. Tidak kebenaran berpikir akan membuat destruksi, disorganisasi sel-sel maupun urat-urat syaraf otak. Selanjutnya urat-urat syaraf yang kacau tadi menurunkan perintah ke seluruh tubuh dan dalam jangka panjang terakumulasi menciptakan sakit-sakit...stres, daya tahan tubuh berkurang, perut sakit, stroke, dsb.

Kunci kesehatan terletak di pikiran bukan di hati. Kalau hati tugasnya bertapa. Orang yang selamat adalah yang hatinya bertapa, tidak lirik kanan lirik kiri. Sekarang nikah, besok selingkuh, cerai, kawin lagi, selingkuh lagi, cerai lagi dan seterusnya.

Pernah suatu kali Cak Nun bertanya pada dokter, "Dok, jantung itu baiknya dipacu atau dihemat..?"
Doktere ngelu ndase. "Ono-ono ae sampeyan iku.....yooo dihemat..," jawab dokter seperti nggak yakin.
"Mangkane jangan suruh saya olahraga, " kelakar Cak Nun.
Dalam guyonannya suatu kali, beliau bilang kalau di Lauh Mahfudz konon tiap manusia dijatah detak jantung sekian milyar detak. Dan jatah tiap manusia berbeda .
“Soal benar tidaknya itu…aku yo gak eruh rek..” kata Cak Nun.

Dulu Cak Nun sempat berolahraga bulutangkis. Tapi sekarang tak dilakukannya lagi. "Itu bukan olahraga, itu penyiksaan!" kata beliau berkelakar.
Lihat saja saat shuttle cock menuju ke kanan, kita ikut lari ke kanan. Saat shuttle cock menuju ke kiri, terpaksa kita juga ikut ke kiri. Bagi beliau, olahraga itu harus berdaulat. Tubuh dan pikiran bebas melakukan sesuatu gerak atau aktifitas yang membuat tubuh jadi nyaman/sehat. Tapi yang terjadi adalah kita dipaksa oleh lawan untuk mengejar shuttle cock .

Orang sekarang tidak bisa membedakan antara olahraga dan permainan. Saat bermain sepakbola sebenarnya yang disebut olahraga itu saat pemanasan atau latihan. Tapi pada saat bertanding itu adalah permainan. Karena pikiran nggak merdeka, kita lari ke sana kemari mengejar bola karena dipaksa oleh lawan.

Tidak berarti Cak Nun anti olahraga. Olahraga tentu saja baik tapi kita hendaknya bisa memaknai semua itu dengan tepat. Dengan begitu tubuh kita nggak gampang capek dan sakit. Ini nggak cuma teori nggedabrus atau wacana omong kosong. Bukti otentiknya pada Cak Nun sendiri, yang masih lincah di usianya yang sudah kepala 6. Aktivitas luar biasa dengan jadwal jadi pembicara atau pengajian yang padat dan tidur nggak sampai 5 jam tiap harinya.

Menurut penelitian, gerakan shalat dan wudhu itu sebenarnya gerakan olahraga dan pijat refleksi yang asli ciptaan Tuhan. Mengalahkan semua gerakan olah raga ciptaan manusia : Tai Chi, Yoga, SKJ, Goyang Dombret, dsb. Kalau kita melakukan dengan benar, teratur dan waktu yang tepat maka dijamin akan menyehatkan.

Manusia diturunkan Tuhan di bumi sebagai khalifah (wakil Tuhan) untuk mengolah dan memanfaatkan apa yang ada di alam semesta. Atas dasar inilah Cak Nun yakin bahwa manusia mempunyai kedaulatan atas dirinya . Sampai batas tertentu kita bisa memerintah tubuh kita. Jadikan semua yang ada dirimu itu sebagai anak buahmu. Tanganmu adalah bagian dari tubuhmu tapi itu bukan kamu. Seperti juga matamu itu bukan kamu. Kalahkan mereka dengan niat dan sugestimu. (Tapi ya nggak iso rai welek diperintah dadi ayu).

Menurut Cak Nun, satu obat pun bisa diperintah jadi obat sakit yang lain. Ketika MUI mengharamkan pengobatan batu oleh Ponari di Jombang, Cak Nun pikir itu tidak tepat. Apa bedanya batu, kapsul atau obat yang lain. Sama-sama benda mati. Kesembuhan dari Tuhan bisa lewat apa saja. Syirik atau bukan itu tidak terletak pada bendanya tapi pada niat dan konsepnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun