Mohon tunggu...
robani37
robani37 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAILM Tasikmalaya, Fakultas Dakwah, Prodi Ilmu Tasawuf

Seorang Penulis Akademisi, Tabah Sampai Akhir..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faidah Dan Keistimewaan Bersholawat kepada Nabi SAW, Studi Fenomenologi Sufistik

8 Januari 2024   19:19 Diperbarui: 8 Januari 2024   19:26 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

shalawat Nabi itu mampu menjadi penerang dan senjata bagi orang mukmin dalam segala kebutuhan dan urusan. Jangan sampai orang mukmin enak-enak-an, mendekat pada sesama makhluk untuk urusan mencari rezeki dan mencari hal-hal duniawi, perbanyaklah membaca shalawat di waktu malam dan bekerjalah di waktu siang semampunya, jangan sampai menghinakan diri dengan meninggalkan kewajiban dan melakukan larangan Allah Swt. Jangan sampai meninggalkan agama sebab mencari dunia, sebab Rasulullah Saw. berjanji akan merawat umatnya yang bertakwa sebagaimana seekor harimau betina merawat anaknya.

keutamaan membaca shalawat itu sangat banyak, tidak terhitung. Di antara keutamaan shalawat adalah menjadikan terangnya hati, membaca shalawat tidak membutuhkan guru, bisa menjadi sebab wushul pada Allah Swt. dan menjadi sebab lapangnya rezeki. Orang yang banyak membaca shalawat jasadnya haram masuk neraka, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: "Kekasihku, Malaikat Jibril telah datang kepadaku dengan membawa kabar gembira, dia berkata: "Siapa saja di antara umatmu yang membaca shalawat satu kali kepadamu, maka Allah Swt. akan memberi 10 rahmat padanya, barang siapa yang membaca shalawat sebanyak 10 kali, maka Allah Swt. akan memberinya 100 rahmat, barang siapa yang membaca shalawat sebanyak 100 kali, maka Allah Swt. akan memberinya 1000 rahmat, barang siapa yang membaca shalawat sebanyak 1000 kali, maka Allah Swt. mengharamkan jasadnya tersentuh api neraka."

Maka seyogyanya setiap orang mukmin memperbanyak membaca shalawat pada Nabi Muhammad Saw. karena hal itu bisa menjadi wasilah (perantara) untuk mendapatkan rahmat dan nikmat dari Allah Swt.

Faidah membaca shalawat pada Nabi Saw. banyak sekali, di antaranya;

1. Sama dengan Allah dan para Malaikat, yakni sama-sama membaca shalawat, meskipun berbeda maknanya.

2. Rahmat Allah akan tercurah kepada orang-orang mukmin yang membaca shalawat.

3. Menghapus dosa.

4. Menghilangkan kesusahan.

5. Mencukupi semua hajat dunia dan akhirat.

6. Shalawat bisa menjadi penghapus dosa

7. Penutup aib

8. Melapangkan rezeki

9. Menjadikan tidak butuh pada makhluk

10. Menjadi sebab Kemuliaan di dunia dan akhirat

11. Menjadi hasil mulai di mata makhluk

12. Menjadi penyebab meraih dan menaikkan derajat.

Diceritakan dari Sayyidah 'Aisyah r.a., "Aku sedang menjahit baju di waktu sahur, kemudian jarum yang kupegang terjatuh dan tiba- tiba lampu damarku mati. Lalu Rasulullah Saw masuk rumah, tiba-tiba seisi rumah menjadi terang dengan cahaya yang terpancar dari Rasulullah Saw. dan akupun bisa menemukan kembali jarum yang tadi kupakai."

Aku kemudian bertanya, "Ya Rasulullah, wajahmu begitu terang dan bercahaya."

Rasulullah bersabda, "Rusaklah dan celakalah orang-orang ang yang tidak bisa melihatku kelak di hari kiamat.

Mendengar hal itu, akupun kembali bertanya, Siapakah orang yang tidak bisa melihatmu ya Rasulullah?

 Rasulullah menjawab, "Yaitu orang orang yang medit (pelit)" 

Aku bertanya lagi, "lalu siapakah orang-orang yang pelit itu ya Rasulullah?"

Rasulullah bersabda, orang-orang yang menyebut namaku tapi tidak mau membaca shalawat kepadaku".

KISAH KEISTIMEWAAN SHALAWAT

Ketika al-Imam Sufyan Ats-Tsauri sedang Thawaf mengelilingi Ka'bah, dia melihat seseorang yang setiap kali ia mengangkat kakinya saat melangkah, orang tersebut senantiasa membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.

Karena penasaran, dia kemudian menyempatkan diri untuk bertanya, "Sejak awal engkau telah meninggalkan bacaan tasbih dan tahlil lalu menggantinya dengan hanya mengucapkan shalawat atas Nabi. Adakah alasan khusus bagimu dalam mengamalnya?"

Lantas orang itu balik bertanya "Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu."

Sufyan Ats-Tsauri menjawab, "Aku adalah Sufyan Ats-Tsauri."

Orang itu berkata, "Sungguh seandainya jika bukan karena engkau orang yang sangat istimewa, niscaya aku tidak akan memberitahukan rahasia kejadianku ini padamu."

Orang itu memulai kisahnya, "Berawal ketika aku melaksanakan ibadah Haji bersama ayahku, tiba-tiba saja ayahku meninggal dunia dan kulihat wajahnya tampak menjadi hitam kelam. Dalam keadaan penuh duka dan kaget, aku mengucapkan "Innalillah wainna ilaihi raji'un", lalu ku tutup wajahnya dengan kain.

Setelah itu, aku mandikan dan aku shalati jenazah ayahku. Karena terasa letih, aku sempat tertidur. Kemudian aku bermimpi melihat sesorang yang wajahnya sangat tampan, wangi dan cahayanya sangat bersih bersinar. Aku melihat orang itu tiba-tiba mengusap wajah ayahku dengan tangannya yang penuh cahaya, lalu kulihat wajah ayahku serta merta langsung berubah menjadi putih bercahaya.

Saat orang yang tampan itu hendak pergi, lalu dengan spontan aku memegang pakaiannya sembari bertanya padanya:

"Wahai hamba Allah, siapakah engkau ini? Mengapa wajah ayahku berubah menjadi putih bercahaya seperti ini setelah sebelumnya hitam kelam?"

Orang itu menjawab, "Apakah kau tidak mengenalku? Aku adalah Rasulullah Saw. yang mempunyai mukjizat Al-Qur'an. Sesungguhnya ayahmu itu termasuk orang yang telah melampaui batas, banyak berbuat dosa dan maksiat semasa hidupnya. Walaupun begitu, karena ia sering bershalawat padaku, di saat kesulitan dalam sakaratul maut, dia memohon kepadaku, maka akupun menolongnya. karena sesungguhnya aku akan menolong orang-orang yang banyak membaca shalawat kepadaku."

Setelah itu aku terbangun dari tidurku dan kulihat wajah ayahku benar-benar berubah menjadi putih bercahaya seperti yang kulihat dalam mimpi. Inilah sebabnya, mengapa aku terus menerus membaca shalawat.

Sumber KISAH; Tasawuf kiai Sholeh Darat, catatan atas kitab Hidayatul Adzkiya' Karya Syekh Zainuddin Al-Malibari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun