EBA melakukan sertifikasi dinamika kereta,uji apabila terjadi kecelakaan pada kereta ini,uji pengereman,uji roda,dan sistem komunikasi serta sistem pengaman pada saat kereta berjalan.
EBC melakukan sertifikasi pada  sistem interoperability. Uji ini diperlukan karena beberapa negara di Eropa mempunyai sistem perkeretaapian yang berbeda. Sertifikasi untuk menjalankan operasional penumpang didapatkan pada tanggal 11 Agustus 2018.
Selain itu,pembangunan sistem pengisian bahan bakar hidrogen diperlukan untuk menjalankan kereta api ini secara efisien. Saat ini,Alstom masih fokus dalam pengembangan sistem pengisian bahan bakar yang menggunakan elektrolisis dari energi terbarukan sehingga saat ini operasionalnya masih menggunakan bahan bakar hidrogen dari gas alam.
Progres pengadaan kereta ini telah berlanjut pada penyerahan draft MoU kepada Alstom pada 18 Juni 2019. Sebelumnya, pada kunjungan Direktur PT KAI Maret lalu, telah disampaikan ketertarikan Indonesia untuk menggunakan kereta api hidrogen buatan ALSTOM ini.
Dilansir dari Deutsche Welle,dari pertemuan tersebut pihak ALSTOM juga menyampaikan keinginannya untuk berkunjung ke Indonesia. Indonesia merupakan negara Asia pertama yang secara serius menunjukkan ketertarikannya pada kereta hidrogen.
"Dalam waktu yang tidak lama kita berencana akan berkunjung ke Indonesia. Selain untuk membahas aspek teknis lebih jauh, kita juga ingin melakukan survey lapangan untuk lokasi proyek kereta hidrogen ini", tutur Jrg Nikutta, Managing Director ALSTOM Jerman -- Austria dilansir dari Deutsche Welle.
Negara-negara yang berminat pada kereta ini selain Indonesia yaitu Kanada, Jerman, Inggris, Belanda, Norwegia, dan Denmark.Â