PT Kereta Api Indonesia berencana mendatangkan kereta bertenaga hidrogen pertama di dunia yang saat ini beroperasi di Jerman. Bila hal ini menjadi kenyataan, Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki kereta bertenaga hidrogen.
Perjalanan sejauh 40 kilometer di negara bagian Niedersachsen, Jerman menjadi perjalanan pertama yang ditempuh Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro dengan menggunakan kereta hidrogen berkecepatan 80 km/jam, Senin tanggal 18 Maret 2019 lalu. Ditemani Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno serta Stefan Schrank selaku Manager Proyek Coradia iLint, produsen kereta hidrogen asal Jerman.
"Luar biasa kereta ini. Satu langkah maju dari teknologi elektrifikasi yang selama ini kita lihat menggunakan baterai," ujar Sukmoro dilansir dari Deutsche Welle.
Riset kereta api ini cukup panjang. Dimulai pada tahun 2014-2015, Alstom sebagai perusahaan manufaktur kereta api kelas dunia berinisiatif melakukan riset kereta api ini untuk diferensiasi produk Coradia buatan mereka dan sebagai kontribusi mereka terhadap Paris Agreement serta Program Sustainable Development Goals PBB tentang Sustainable Cities and Communities.Â
Pengembangan ini berlangsung hingga akhirnya pada tahun 2016 dan 2017 dua prototype pertama kereta ini dikenalkan kepada publik di InnoTrans 2016.
Kereta inilah yang sekarang sedang diuji coba dalam program operasional dengan penumpang yang dijalankan oleh Alstom di negara bagian Niedersachsen, Jerman. Program uji operasional ini terus berlanjut sampai tahun 2018 dengan program sertifikasi prototipe. Pada tahun 2019-2021 kereta pertama yang menjalani operasi publik dibuat.
Program kereta Hidrogen ini berada pada dua fase. Fase yang pertama adalah penggunaan hidrogen dari gas alam dan fase yang kedua adalah penggunaan hidrogen dari elektrolisis yang dilakukan oleh tenaga listrik yang diproduksi oleh tenaga-tenaga terbarukan. Saat ini baru  tenaga angin yang direkomendasikan oleh Alstom karena tingkat efisiensinya lebih tinggi dibandingkan tenaga terbarukan lainnya.Â
Instalasi pada kereta api ini mencakup beberapa peralatan yaitu tangki hidrogen,rangkaian sistem fuel cell,baterai,konverter untuk traksi motor dan kelistrikan kereta (Auxiliary Converter) dan traksi motor elektrik.Â
Cara kerja kereta api ini adalah hidrogen dialirkan ke fuel cell, di dalam fuel cell akan terjadi proses elektrolisis yang akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik kemudian dialirkan ke rangkaian baterai, di dalam baterai selain disimpan dengan kapasitas tertentu,listrik juga akan dikonversikan arusnya untuk menggerakkan motor traksi.Â
Pada saat pengereman,energi kinetik dari pengereman akan dikonversi menjadi energi listrik oleh traksi motor dan dialirkan kembali menuju baterai. Sistem rem ini disebut regenerative brake system.
Dalam sekali perjalanan, kereta ini hanya memerlukan satu kali pengisian bahan bakar untuk jarak 800 km.Â
Baterai yang digunakan oleh kereta ini adalah baterai Li-Ion. Baterai Li-Ion digunakan karena sifatnya yang dapat diisi ulang dan lebih efisien dibanding baterai lainnya.
Validasi dan sertifikasi kereta ini dilakukan di Jerman. Lembaga yang memvalidasi antara lain European Railway Agency(ERA),Eisenbahn-Bundesamt (EBA) dan Eisenbahn-Cert (EBC). European Railway Agency melakukan sertifikasi dan validasi sistem keamanan sesuai standar yang berlaku di Uni Eropa.
EBA melakukan sertifikasi dinamika kereta,uji apabila terjadi kecelakaan pada kereta ini,uji pengereman,uji roda,dan sistem komunikasi serta sistem pengaman pada saat kereta berjalan.
EBC melakukan sertifikasi pada  sistem interoperability. Uji ini diperlukan karena beberapa negara di Eropa mempunyai sistem perkeretaapian yang berbeda. Sertifikasi untuk menjalankan operasional penumpang didapatkan pada tanggal 11 Agustus 2018.
Selain itu,pembangunan sistem pengisian bahan bakar hidrogen diperlukan untuk menjalankan kereta api ini secara efisien. Saat ini,Alstom masih fokus dalam pengembangan sistem pengisian bahan bakar yang menggunakan elektrolisis dari energi terbarukan sehingga saat ini operasionalnya masih menggunakan bahan bakar hidrogen dari gas alam.
Progres pengadaan kereta ini telah berlanjut pada penyerahan draft MoU kepada Alstom pada 18 Juni 2019. Sebelumnya, pada kunjungan Direktur PT KAI Maret lalu, telah disampaikan ketertarikan Indonesia untuk menggunakan kereta api hidrogen buatan ALSTOM ini.
Dilansir dari Deutsche Welle,dari pertemuan tersebut pihak ALSTOM juga menyampaikan keinginannya untuk berkunjung ke Indonesia. Indonesia merupakan negara Asia pertama yang secara serius menunjukkan ketertarikannya pada kereta hidrogen.
"Dalam waktu yang tidak lama kita berencana akan berkunjung ke Indonesia. Selain untuk membahas aspek teknis lebih jauh, kita juga ingin melakukan survey lapangan untuk lokasi proyek kereta hidrogen ini", tutur Jrg Nikutta, Managing Director ALSTOM Jerman -- Austria dilansir dari Deutsche Welle.
Negara-negara yang berminat pada kereta ini selain Indonesia yaitu Kanada, Jerman, Inggris, Belanda, Norwegia, dan Denmark.Â
Di Jerman sendiri, empat negara federal telah menandatangani Letter Of Intent (LOI) pengadaan kereta ini,antara lain Lower Saxony yang menandatangani LOI pemesanan 14 kereta hingga tahun 2021, North Rhine Westphalia yang menandatangani LOI pemesanan 14 kereta hingga tahun 2021, Hesse menandatangani LOI pemesanan 20 kereta hingga akhir tahun 2021, dan Baden-Wuerttemberg yang menandatangani pemesanan 10 kereta dengan 5 kereta opsional hingga akhir tahun 2021.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H