Sungguh betapa sepinya dunia ini jika hanya diisi dengan diri kita sendiri atau jika kita mengurung diri di dunia kita sendiri, atau jika merasa tersingkir dari kehidupan sosial dan komunitas. Maka saya tidak heran jika banyak orang rela mengorbankan apa saja demi sebuah komunitas. Itu semua terjadi karena di komunitas tersebutlah mereka merasa nyaman dan diterima. Jangan kita terlalu cepat menyalahkan komunitas-komunitas yang menurut kita hanya bernuansa negatif dan ingin mereka dihilangkan saja dari muka bumi. Kita perlu menyalahkan diri kita terlebih dahulu. Mengapa kita menjauhi mereka? Mengapa kita menghina dan mengucilkan mereka? Mengapa kita menganggap diri kita begitu tinggi statusnya sehingga merasa mereka tidak layak bergaul dengan diri kita?
Melalui perenungan ini, saya belajar bahwa manusia sama berharganya di mata Tuhan. Selain itu, saya kembali diingatkan mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan beragam bentuk dan rupanya, karakter, sifat, sikap, dan lain-lain. Betapa indah jika semuanya bisa saling memahami dan membenahi. Bukankah itu tujuan Tuhan menciptakan kita. Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Sebuah peribahasa yang menunjukkan bahwa manusia baru bisa menjadi manusia seutuhnya jika berelasi dengan sesamanya.
Jadi, janganlah menjauhi sesama kita hanya karena dia berbeda keyakinan dan prinsip dengan kita? Janganlah menjauhi mereka karena mereka “salah” di mata kita? Dekati, rangkul, benahi, dan temani mereka.
Jika hal tersebut kita lakukan, saya membayangkan suatu dunia yang begitu indah, Tidak ada lagi kejahatan, perselisihan, pembunuhan, penipuan, penghancuran dan yang ada hanya keindahan. Keindahan akan menyinarkan kemuliaan Tuhan yang menenangkan jiwa bagi siapapun yang merasakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H