Mohon tunggu...
R. M. S. P. Alam
R. M. S. P. Alam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Bisnis UKM

Creating the Future

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Gaji, Mimpi, dan Pengunduran Diri

8 Oktober 2018   22:13 Diperbarui: 28 Agustus 2021   21:12 3485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembenaran Kedua: Selisih itu Bisa Direnggut dan Bisa pula Didapatkan

Sudah menjadi hal yang rutin walaupun tidak terjadwal, direktur mengumpulkan kami dan ngobrol santai sambil memberikan tausiyah (petuah---red). Sebenarnya, beliau lebih mirip guru dan orang tua, bukan bos perusahaan. Entah kenapa, kebetulan sekali topik yang dibahas adalah bagaimana kita memahami gaji di sini. Beliau memberikan perumpamaan.

"Ketika gaji kita setinggi ini", beliau mengangkat tangan kirinya tinggi, "dan kontribusi atau tanggung jawab pekerjaan kita hanya segini," tangan kanan beliau diangkat lebih rendah dari tangan kirinya. "Maka, Allah akan mengambil selisihnya dengan cara apapun."

Kami diam terhenyak. Beberapa orang memperbaiki posisi duduk, beberapa lainnya memperhatikan dengan seksama.

"Begitu pula sebaliknya," lanjut beliau. "Jika gaji kalian segini," kali ini beliau memposisikan tangan kirinya lebih rendah dari tangan kanannya. "dan tanggung jawab pekerjaan kalian segini, maka Allah justru akan mengisi kekurangan itu dengan cara apapun juga."

Seketika itu saya tersentak. Inilah pembenaran kedua. Jawaban atas dilema saya terjawab dalam kultum pagi itu. Dan benar, keajaiban banyak terjadi setelah itu.

Terus, kalau gaji gue gede, berarti selisihnya bakal diambil dari gue oleh Allah? Gitu?

Jangan salah sangka, banyak orang yang gajinya besar memang karena tugas dan tanggung jawab mereka sebanding dengan itu semua. Perusahaan besar, apalagi multinasional, tidak asal ketika menentukan besaran gaji karyawan. 

Semua dibuat sebanding dengan apa yang diberikan karyawan. Begitu pula para pengusaha, yang nampaknya hanya duduk ongkang-ongkang kaki ketika pagi. Kita saja yang tidak tahu beratnya pengambilan keputusan yang harus dilakukan olehnya, betapa dia harus mengontrol semua proses bisnis, seberapa padat jadwalnya untuk bertemu klien. Yang kita lihat justru sisi lainnya, wah si dia kerjaannya cuma nongkrong di kafe mahal, eh pendapatannya gede banget.

Dan di sisi lainnya, kita jadi tidak heran, bagaimana malapetaka banyak menimpa orang-orang yang korupsi atau sekedar mencuri waktu kerja setiap hari untuk berleha-leha. Kehidupan mereka dijamin tidak akan pernah cukup. Itu hukum dunia.

Pembenaran ketiga: Working is Learning with Cashback

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun