"Pohon itu kenang kenangan dari almarhum bapak saya yang menanamnya. Saat akan meninggal bapak saya berwasiat agar pohon itu dipelihara dan diusahakan bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan", jelasnya.
Maka, iapun memelihara pohon itu walaupun dengan konsekuensi tiap pagi harus menyapu daun dan buah nya yang berjatuhan tiap hari.
Menurut ceritanya, beberapa tahun lalu saat ia dan anak istrinya sedang merapikan pohon itu, datang seorang kakek kakek yang sudah cukup usia, datang terbungkus bungkuk menghampiri kami dan bilang kalau minta ijin tiap.hari akan mengambil buah yang jatuh untuk ramuan obat untuk dia dan istrinya yang juga sedang sakit.
Keluarga itu mempersilakan kakek itu untuk mengambil tiap hari, bahkan tiap pagi  selalu membantu mengambilkan dan mencuci buah itu dan menaruhnya di kantong plastik agar bisa diambil kakek itu.
Itu yang dilakukan bertahun tahun  oleh keluarga itu tanpa merasa capek dan bosan. Semua dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa berharap apapun.
Qodarullah, sejak itu mereka merasa hidupnya menjadi lebih mudah, rezeki selalu datang dari berbagai arah dan putra putri keluarga itu diberi kemudahan dan kelancaran.
Ketika Abah tanya apa sampai sekarang kakek itu masih datang ?
Ia menjawab "kami kangen dengan kakek itu, tapi udah sekitar 2 tahun tidak datang lagi dan kami tidak tau bagaimana kondisinya sekarang", jawabnya.
Namun walaupun si kakek sudah tidak pernah datang, ia dan keluarganya tetap rajin memunguti buah pace setiap.hari dan menaruhnya di kantong plastik. Dan ternyata tetap ada yang mengambil walau tidak tiap hari.
Suatu ketika teman Abah itu bertemu dengan seseorang nenek nenek yang mengambil buah Pace itu namun rupanya  ia tidak kenal sama kakek yang dulu sering datang. Hanya saja ia cerita kalau tau ada buah Pace dari orang yang bilang "kalau butuh buah Pace, datang aja kerumah itu".
Sehingga "pintu sedekah" keluarga itu terus terbuka sepanjang waktu.