Ah entahlah, aku kira: beginilah nanti jadinya, kau kawin beranak dan berbahagia. Sedangkan aku mengembara serupa Ahasveros[3].
Di hari lain, untuk menenangkan pacarku karena permintaannya  yang tidak segara kukabulkan, aku mengajaknya pergi nonton drama. Waktu itu adik tingkatku mengadakan pertunjukan drama di kampus dan aku mendapat undangan. Maka aku mengajak pacarku untuk ikut nonton drama. Padahal dia sangat sibuk.  Hari-harinya dilewati dengan kerja di sebuah bank.
Soal nonton drama, kami berselisih. Sebetulnya ia tidak suka dengan drama dan setelah berdebat panjang akhirnya dia mengalah.
Sepanjang pertunjukkan, aku sering tertawa, dan setiap aku tertawa pacarku mencubit pahaku. Sepanjang pertunjunkan pacarku terlihat jemu, katanya banyak dialog yang menyinggungnya. Setelah pertunjukan  selesai, kami keluar dari gedung pertunjukan.
"Kamu mengejekku?" ia bertanya dengan nada kesal.
"Bukan aku."
"Drama hanya bisa mengejek."
"Kita perlu seni agar imajinasi kita tidak sempit," kataku. "Agar kita bisa melihat sesuatu dengan sudut pandang yang luas."
"Jangan ceramah," katanya, "kapan kamu melamarku?"
Aku  terkejut, segera mencari akal untuk mengalihkan perhatian.
"Di sana ada warung," kataku, "mari makan jagung bakar!"