Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pasien Nomor 13

24 Oktober 2018   22:28 Diperbarui: 26 Oktober 2018   22:12 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku percaya, bayi lahir seperti kertas putih. Kosong. Tabularasa. Kecanduan seks di saat umur masih belia, semata-mata bukan kesalahan kami. Itu karena kesalahan lingkungan. Lingkungan yang baik akan menghasilkan anak yang baik pula. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan anak yang buruk pula. Sama seperti tanah yang subur akan menghasilkan tumbuhan yang subur pula.

Singkatnya, lingkungan di mana kami tumbuh adalah lingkungan yang buruk. Lingkungan yang dibentuk dari penjudi, pelacur, pencuri, dukun santet, tukang bohong, pemburu, pemabuk, pemerkosa, pembunuh, tukang selingkuh, penggoda, laki-laki hidung belang, mulut besar.

Lingkungan yang buruk itu menghasilkan anak bernama Rudi. Kami tidak tahu dari mana ia belajar seks. Tentu ia salah satu murid pewaris sifat buruk di antara orang-orang buruk itu.

Peristiwa buruk itu terjadi saat ada acara di desa. Ia mengajak teman-teman untuk main ke ladang. Rudi usianya 6 tahun lebih tua dari kami. Rudi mengajak 3 teman yang sebaya dengannya. Ada 5 orang termasuk aku, dan teman perempuanku.

Ketika sampai di ladang, ia mengajak teman perempuanku masuk semak-semak. Lalu ia menelanjangi teman perempuanku. Dan ia memperkosa teman perempuanku. Teman perempuanku diperkosa bersama teman Rudi yang lainnya.

Aku tak bereaksi apa-apa. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Tapi sejak itu, teman perempuanku jadi kecanduan. Ia sering mengajakku untuk melakukan hal serupa, "ayo main!" katanya.

Tapi habis dipergoki oleh tetangga, hidupku jadi tidak tenang. Aku sering merasa ketakutan. Aku tidak  berani bermain-main di rumah tetangga. Aku tidak berani bermain-main dengan teman sebayaku. Aku khawatir, mereka bertanya kepadaku, "Apa yang kamu lakukan dengan H?"

Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku takut berbohong. Berbohong itu tidak baik. Tapi aku juga takut untuk jujur. Terlebih aku takut jika aku disuruh mempraktikkan apa yang kulakukan dengan H. Ketika kami masuk SD, aku jarang bermain dengan H. Aku takut, jika tiba-tiba ia mengajak main. Aku takut, wanita bermulut besar itu mempergoki kami lagi.

Sebetulnya yang kumaksud dengan bermain seks  tidak selayaknya orang dewasa bermain seks. Kami cuma bermain-main dengan alat kelamin. Meskipun demikian, wanita bermulut besar itu melebih-lebihkan cerita. Tanpa sadar dia menghancurkan hidupku. Dan sejak itu, aku sering mengalami delusi. Aku sering mengalami mimpi buruk. Aku sering melihat hantu. Aku yakin, sejak saat itu, aku mengalami sakit jiwa.

***

Lalu aku mengalihkan perhatian ke televisi. Waktuku habis di depan layar televisi. Selain itu aku juga bermain bola. Bermain ke hutan meniru acara televisi Jejak Petualang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun