Para ilmuwan, para dokter ahli dan ahli-ahli mikrobiologi telah menjelaskan bahwa wabah-wabah pandemi virus SARS dan MERS di atas penyebab nya yaitu virus turunan strain influenza yang bernama corona virus, sama seperti penyebab covid-19, hanya saja diungkapkan katanya? virus corona sekarang yang dinamakan Covid-19 ini termasuk jenis strain baru yang berkembang biak dan bermutasi dari inang sel hewan liar ( di duga kuat kelelawar ) yang kemudian kata nya lagi melompat ke manusia?Â
Ada juga spekulasi yang menyatakan bahwa virus corona nya sama seperti virus penyebab SARS dan MERS tetapi dibuat rekayasa genetika nya terhadap virus tersebut dengan proses memodifikasi lalu menambahkan beberapa banyak asam amino di virus tersebut melalui percobaan di dalam laboratorium. Yang kemudian katanya lagi? menjadikan covid-19 ini dapat mampu lebih cepat merambat dan menyebar dari orang ke orang? Semua nya ternyata spekulasi yang dijadikan stigma kepada masyarakat luas.
Namun begitu spekulasi di atas juga dibantah, menurut sebagian pakar ahli mikrobiologi bahwa Covid-19 tidak ada beda nya dengan SARS-cov dan MERS-cov, malah terbukti kalau dilihat dari tingkat fatality death rate nya, covid-19 masih lebih rendah dibanding SARS dan MERS, bahkan juga masih lebih rendah dibanding Avian Influenza atau flu babi sekalipun. Ini jelas paradoks dengan teori yang di publikasikan secara masif saat ini kepada masyarakat luas. Kecuali Flu burung dan Flu babi yang disebabkan oleh virus dengan nama H5N1 dan H1N1, virus turunan strain Influenza juga yang kata nya, sangat berbahaya dan mematikan. Semua nya sampai sekarang dikatakan belum ada vaksin anti virus penawar nya yang tepat.
Dari informasi diketahui, kasus wabah virus SARS sudah masuk Indonesia pada rentang tahun 2002-2003, dan di dunia sudah jadi wabah pandemik secara luas di lebih dari 29 negara dan jumlah orang yang terkonfirmasi virus SARS ini yakni sebanyak 8.000 manusia lebih di rentang bulan pertama kasus nya, dengan jumlah kematian sebanyak 780 jiwa lebih ( data dari WHO ). Dan itu belum termasuk ratusan ribu orang hingga jutaan manusia saat masa pandemi nya, yang menjadi suspek atau tidak terdeteksi. Pandemi yang luar biasa masif untuk tahun tersebut. Tetapi, apakah waktu itu masyarakat di dunia, khususnya Indonesia jadi panik dan paranoid?
Kasus pandemi virus H5N1 - Avian Influenza ( populer dengan sebutan flu burung ) malah lebih parah, kasus nya di Indonesia saja saat outbreaks ada sekitar 500 sampai 1000 an kasus positif, ini belum termasuk kasus suspek dan tidak terdeteksi hingga kini.Â
Tingkat fatality death rate nya juga sangat tinggi di Indonesia yaitu mencapai 77% rasio kematian. Angka ini jauh lebih tinggi daripada tingkat kefatalan virus SARS di Indonesia. Ini belum lagi kasus nya di seantero dunia, yang tingkat rasio fatal kematian nya mencapai 10-11% dari populasi dunia. Ini belum berapa ratus ribu hingga jutaan manusia yang terdampak virus ini?Â
Tapi lihatlah apa saat itu masyarkat dunia, khusus nya Indonesia menjadi panik berlebihan sampai paranoid dalam menghadapi nya? Saya tanya, apakah saat itu masker, antiseptik, hand sanitizer dan disinfektan jadi menghilang bak ditelan bumi dari pasaran kemudian jadi gila-gilaan harga nya? Apakah saat itu terdengar ribut ribut suara-suara sumbang untuk melakukan lockdown atau karantina wilayah?Alhamdulillah, tidak ada begitu.Â
( Malah jika saja pandemi virus H5N1 - Avian Influenza - flu burung terjadi di zaman sekarang ini saat media sosial dan media online telah menjadi zat adiktif bagi kebanyakan orang, maka sudah bisa dipastikan sangat tinggi tingkat kepanikan di dalam masyarakat nya. Sangat mungkin terjadi "kerusuhan" antara orang-orang yang panik tadi dengan masyarakat lain yang memelihara ayam/burung/bebek. Dan mungkin tidak hanya sampai di situ dampak masif nya, bisa terjadi hampir semua orang jadi takut makan daging ayam dan telor ayam, saking panik nya karena berita yang menakutkan dari media sosial dan media online, hehe )
Kemudian kasus pandemi Virus MERS yang waktu itu berawal dari Timur Tengah pada rentang tahun 2011 - 2012. Virus yang juga sangat berbahaya, khususnya buat para jama'ah haji dan umroh seluruh dunia dan Indonesia. Bahkan sangat rentan dan berpotensi besar dibawa ke Indonesia melalui mereka, tapi apakah lantas membuat pemerintah saat itu membatalkan ibadah haji mereka? Apa mereka menjadi panik berlebihan?, dan kemudian takut akhirnya mengurungkan diri tidak mau pergi umroh dan haji? Atau adakah pemerintah saat itu lebay melarang mereka semua berangkat menunaikan ibadah haji? Ternyata juga tidak ya. See?
Secara data angka dan fakta, malahan tingkat fatality death rate wabah pandemi virus MERS ini sangat-sangat mematikan dibandingkan SARS dan H5N1 apalagi covid-19. Perbandingan nya semisal dari 2.000 orang positif, dengan jumlah kematian akibat virus ini sebanyak 845 jiwa. Tentu nya sangat tinggi prosentase nya. Ini belum termasuk puluhan ribu sampai ratusan ribu orang yang suspek dan tak terdeteksi pada saat itu.
Kemudian ingat Kasus virus H1N1? Pandemi Flu babi sendiri masuk ke Indonesia pada sekitar rentang tahun 2009, bahkan hingga saat ini pun kasus nya masih ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Wabah pandemi nya tahun 2009 saat itu telah merambah ke 25 provinsi di seluruh Indonesia, suatu tingkat penyebaran yang cepat tentu nya, walaupun tingkat kasus positif nya terbilang lebih sedikit karena tidak di blow up media sosial dan media online, namun tingkat bahaya nya tetap sama saja. Lantas, apakah pada saat itu masyarakat indonesia menjadi panik dan berlebihan dalam menyikapinya seperti kasus Covid-19 sekarang? Lihatlah...lihatlah dan cermati dengan pikiran yang rasional sesuai data data.