Mohon tunggu...
agniii
agniii Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

just a foodie wanna try something new

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bayangan di Balik Cahaya (PART 2)

25 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 23 Januari 2025   23:40 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari berikutnya menjadi semakin tegang. Liliana mulai menunjukkan sikap yang lebih agresif, terutama terhadap Ariana. Ia sering melontarkan komentar sinis atau melakukan hal-hal kecil yang membuat Ariana merasa tidak nyaman. Kenandra memperhatikan semuanya dari kejauhan, mencoba mencari cara untuk melindungi Ariana tanpa memperburuk situasi.

Suatu malam, ketika semua orang sudah tidur, Kenandra mendengar suara pintu terbuka. Ia mengintip dari balik pintu kamarnya dan melihat Ariana berjalan perlahan menuju taman belakang. Rasa penasaran membuatnya mengikuti gadis itu dalam diam.

Di taman, Ariana duduk di bangku kayu, memandang langit malam yang dipenuhi bintang.

“Kak Ken, kau mengikutiku?” tanyanya tanpa menoleh.

Kenandra terkejut, tetapi ia segera berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.

“Apa yang kau lakukan di sini malam-malam begini?” tanyanya. Ariana tersenyum tipis.

“Kadang, aku merasa sulit bernapas di dalam rumah itu. Di sini, aku merasa lebih bebas.”

Kenandra tidak menjawab. Ia hanya memandang wajah Ariana yang tampak damai di bawah cahaya bulan. Banyak hal tentang gadis ini yang selalu menarik perhatiannya, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, ia tahu batasannya. Ariana adalah adik tirinya, dan apa pun yang ia rasakan tidak boleh melampaui hubungan itu.

“Kenapa kau selalu membiarkan Liliana memperlakukanmu seperti itu?”

Ariana menundukkan kepala, rambut panjangnya jatuh menutupi wajahnya.

“Dia tidak seburuk itu. Liliana hanya merasa terancam. Aku mencoba memahaminya.”

“Memahaminya? Dia sengaja menyakitimu,” Kenandra mendengus, frustrasi.

Namun, Ariana hanya tersenyum samar.

“Kak Ken, tidak semua luka harus dilawan dengan amarah. Kadang, lebih baik membiarkan waktu yang menyelesaikan semuanya.”

Kenandra terdiam. Ia tidak tahu apakah harus mengagumi kebijaksanaan Ariana atau merasa marah karena gadis itu terlalu pasrah.

***

Di sisi lain, Liliana semakin sulit dikendalikan. Ia mulai menunjukkan sikap yang lebih terbuka tentang ketidaksukaannya terhadap Ariana. Dalam sebuah pesta keluarga, ia dengan sengaja membuat Ariana terpojok dengan komentar-komentar yang merendahkan.

“Kau selalu berpura-pura menjadi gadis baik, tapi semua orang tahu kau hanya beban,” ucapnya tajam ketika mereka sedang berbicara dengan beberapa kerabat.

Wajah Ariana memucat, tetapi ia tidak membalas. Kenandra yang melihat kejadian itu tidak bisa lagi menahan diri.

“Liliana, cukup,” ucapnya dengan nada tegas yang membuat semua orang terdiam.

Liliana menatapnya dengan mata yang penuh kebencian.

“Kenapa? Apa kau juga sudah berpihak padanya sekarang?”

Kenandra tidak menjawab. Ia hanya menatap Liliana dengan dingin sebelum menarik Ariana pergi dari ruangan itu.

Ketegangan di antara mereka bertiga semakin memuncak, dan Kenandra tahu bahwa sesuatu akan segera meledak. Namun, ia tidak tahu bagaimana cara melindungi Ariana tanpa menghancurkan keseimbangan rapuh dalam keluarga mereka. Hubungannya dengan Ariana semakin rumit, dengan perasaan-perasaan yang terus tumbuh di antara mereka meski keduanya tahu itu salah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun