“Dia tidak seburuk itu. Liliana hanya merasa terancam. Aku mencoba memahaminya.”
“Memahaminya? Dia sengaja menyakitimu,” Kenandra mendengus, frustrasi.
Namun, Ariana hanya tersenyum samar.
“Kak Ken, tidak semua luka harus dilawan dengan amarah. Kadang, lebih baik membiarkan waktu yang menyelesaikan semuanya.”
Kenandra terdiam. Ia tidak tahu apakah harus mengagumi kebijaksanaan Ariana atau merasa marah karena gadis itu terlalu pasrah.
***
Di sisi lain, Liliana semakin sulit dikendalikan. Ia mulai menunjukkan sikap yang lebih terbuka tentang ketidaksukaannya terhadap Ariana. Dalam sebuah pesta keluarga, ia dengan sengaja membuat Ariana terpojok dengan komentar-komentar yang merendahkan.
“Kau selalu berpura-pura menjadi gadis baik, tapi semua orang tahu kau hanya beban,” ucapnya tajam ketika mereka sedang berbicara dengan beberapa kerabat.
Wajah Ariana memucat, tetapi ia tidak membalas. Kenandra yang melihat kejadian itu tidak bisa lagi menahan diri.
“Liliana, cukup,” ucapnya dengan nada tegas yang membuat semua orang terdiam.
Liliana menatapnya dengan mata yang penuh kebencian.