Mohon tunggu...
Rizky Pratama Riyanto
Rizky Pratama Riyanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

We serve the nation and history.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Sepenggal Hati

18 April 2024   16:00 Diperbarui: 18 April 2024   16:03 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba di suatu hari, dimana ketika itu aku sedang tertidur pulas di kamar. Terdengar seperti ada keributan yang terjadi di rumah, aku terbangun dari tempat tidur dan mengintip dari sisi kamar. Ternyata ayah dan bunda sedang bertengkar. Nenek yang selalu tidur di kamar dan sering sakit pun tidak bisa melerai ayah dan bunda, apalagi diriku yang bingung harus melakukan apa saat itu. Aku hanya bisa menangis dan tersungkur lemah di kamar. Ketika aku mengintip lagi, pertengkaran sudah berakhir dan terlihat bunda yang sedang menangis di sofa. Aku menghampirinya sambil menghapus air mata dan pura-pura tidak tahu apa yang telah terjadi.

Bunda bercerita dan mencurahkan isi hatinya kepadaku, aku bingung harus menanggapi apa ketika bunda sedang bercerita. Pada akhirnya, aku hanya mendengarkan dan menenangkannya dengan mengambilkan segelas air putih. Keadaan keluargaku semakin hari tidak baik-baik saja, aku tidak rela ayah pergi meninggalkan keluarga begitu saja. Namun, di satu sisi aku merelakan kepergiannya. Karena aku tidak ingin bunda disakiti lagi dengan ayah untuk kedua kalinya. Saat ini, aku harus mulai berpikiran dewasa dan meringankan beban keluarga. Walaupun sebenarnya aku menyimpan banyak luka. Tidak hanya itu, perlahan-lahan impian dan cita-citaku juga mulai memudar dan menghilang. 

Ketika di malam hari, aku merenungkan masalah keluarga. Terasa rindu dengan ayah dan kakek memuncak ketika aku mengeluh tentang hidup dalam sepertiga malam doaku. Aku menginginkan kasih sayangnya kakek kembali, begitupun ayah, walaupun memiliki sifat seperti itu, aku tetap menyayangi ayah, bagaimanapun juga ayah tetap orang tuaku. Aku membutuhkan dan menginginkan mereka kembali. Dan saat ini, aku merindukan kehadiran mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun