Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan adalah teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer dapat berpikir seperti manusia pada umumnya. Singkatnya, teknologi ini sudah dikenal oleh banyaknya masyarakat hingga para pelajar di seluruh Indonesia.Â
Walaupun kecerdasan buatan ini memudahkan aktivitas yang dikerjakan oleh manusia, hal ini tidaklah berlaku pada bidang pendidikan. Para pelajar atau generasi muda bagi mereka adalah sebuah serangan yang menutupi kecerdasan mereka untuk melakukan kreativitas dan berpikir selama berada pada pendidikan, baik di jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah.Â
Serangan yang dilakukan Artificial Intelligence dalam pemikiran pelajar bisa saja tidak terjadi ketika siswa dan siswi sadar bahwa mereka tidak boleh terlena dengan adanya teknologi canggih yang sudah ada.Â
Saat ini, pelajar di Indonesia sedang terlena dengan teknologi yang berkembang pesat ini sehingga memanfaatkannya ketika pembelajaran di sekolahnya. Namun, pemanfaatan Artificial Intelligence yang dilakukan oleh pelajar terkadang dapat menjadikan dirinya malas untuk berpikir dan berkarya.Â
Berikut ini adalah contoh serangan Artificial Intelligence yang memblokade otak pelajar untuk melakukan kreativitas selama di jenjang pendidikan:
1. Media Presentasi
Pembelajaran yang dilakukan setiap guru ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang biasanya sebagian besar dilakukan pada jenjang pendidikan menengah yaitu menugaskan peserta didik untuk melakukan presentasi sebuah materi di depan kelas.Â
Artificial Intelligence sekarang dapat menyelesaikan media presentasi itu dengan sekejap mata. Berbeda dengan menyelesaikan media presentasi di Microsoft PowerPoint yang harus dilakukan satu persatu, kecerdasan buatan hanya cukup menuliskan materi yang akan dipaparkan ketika melakukan presentasi.Â
Hal ini menjadikan para pelajar malas untuk membuat media presentasi yang seharusnya disini melatih pemikiran ide-ide pemikiran kreatif mereka untuk dituangkan, namun memilih untuk mencari yang instan dan cepat selesai. Terkadang, pelajar menjadikan AI ini untuk melakukan presentasi lima menit sebelumnya dimulai.
2. Media Mencari Jawaban
Adanya pekerjaan rumah yang diberikan di sekolah ditujukan kepada para pelajar untuk guru dapat menilai pemahaman siswa dan siswinya pada suatu materi yang telah diajarkan. Namun, para pelajar lebih memilih mencari jawaban di internet secara langsung tanpa berpikir terlebih dahulu untuk mencari jawaban dari tugas yang diberikan.Â
Apalagi, kecerdasan buatan kini lebih cepat menyerap informasi yang ada dan mengubahnya menjadi seperti jawaban yang biasanya dituliskan oleh siswa. Hal ini menjadikan para pelajar malas untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan sebuah persoalan dan hanya ingin yang instan agar cepat selesai terjawab.Â
Tidak hanya itu, penugasan mata pelajaran matematika atau berhitung juga pada Artificial Intelligence bisa menjabarkan langkah-langkahnya lebih cepat daripada mengerjakannya sendiri. Inilah yang membuat para pelajar menjadi terlena dengan adanya teknologi yang mempermudah penugasannya, sehingga membuat mereka tak berpikir panjang ke masa depan.Â
3. Â Media Membuat Karya Tulis
Karya tulis yang ditugaskan dalam pembelajaran bahasa Indonesia seperti puisi, cerita pendek, essai, artikel, dan masih banyak lagi. Kini, kecerdasan buatan itu bisa membuat karya itu semua menjadi secepat kilat dengan hanya menuliskan tema atau judul pada sebuah karya yang akan dibuat.
Walaupun seharusnya penugasan itu dibuat oleh masing-masing untuk menuangkan kreativitas dalam sebuah karya yang dibuatnya, adanya kecerdasan buatan menjadikan kreativitas pada pelajar menjadi pudar dan tak digunakan. Padahal, kreativitas yang dituangkan dalam sebuah karya jauh lebih baik dibandingkan hasil dari kecerdasan buatan.
4. Media Membuat Rangkuman
Setiap guru melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terkadang menugaskan muridnya untuk menonton sebuah video yang diberikan dan merangkumnya pada buku tulis. Saat ini, AI sudah bisa merangkum sebuah video yang diberikan itu menjadi sebuah teks. Sehingga siswa tak perlu menyimak videonya.Â
Padahal video yang disimak bisa saja menjadikan kita lebih paham selama menonton videonya dan merangkum poin-poin penting di dalamnya, daripada merangkum dari hasil kecerdasan buatan yang mengubah langsung isi video menjadi sebuah teks.Â
Oleh karena itu, sebagai pelajar haruslah menguatkan sikap rajin dalam bersekolah agar langkah masa depan tidak dikuasai oleh Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. Berkarya dan berkreativitas sebagai anak bangsa juga menjadi sebuah keharusan yang perlu dicetak oleh para pelajar agar menjadi Generasi Emas Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H