Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ٧
Artinya:
"Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad) melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."
Surat Al-Anbiya' ayat 7 ini menekankan beberapa poin penting terkait peran Rasul dan proses pewahyuan. Berikut adalah uraian makna mendalam dari ayat ini:
1. Utusan Allah Selalu Berupa Manusia
Ayat ini menegaskan bahwa Allah selalu mengutus manusia sebagai nabi dan rasul, bukan malaikat atau makhluk lain. Hal ini agar umat dapat lebih mudah memahami dan meneladani contoh konkret yang diberikan oleh para nabi. Para nabi diutus sesuai konteks kehidupan kaumnya agar ajaran yang disampaikan lebih relevan.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah sejak dahulu tidak pernah mengutus rasul kecuali selalu dari kalangan manusia biasa yang diberi-Nya wahyu. Kalau mereka benar-benar tidak mengetahui bahwa para rasul yang diutus Allah adalah manusia bukan malaikat, mereka bisa bertanya kepada orang-orang yang mengetahui baik dari kalangan kaum Yahudi maupun Nasrani, sebab mereka itu mengetahui masalah tersebut, dan tidak pernah mengingkarinya
2. Keterbatasan Pengetahuan Manusia
Allah mengingatkan bahwa manusia tidak selalu tahu segalanya. Oleh karena itu, jika menghadapi keraguan atau ketidaktahuan, kita dianjurkan untuk bertanya kepada Ahlu adz-Dzikr (orang yang memiliki ilmu). Dalam konteks ini, Ahlu adz-Dzikr bisa merujuk kepada:
Ulama yang memahami ajaran wahyu.