Mohon tunggu...
Rizqi Fathurrohman
Rizqi Fathurrohman Mohon Tunggu... Lainnya - Siap Sedia

Apapun Kondisi Hidupmu tidak ada Pilihan untuk Menyerah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Antara Gugur Bunga dengan Lentera yang Padam

26 September 2022   06:48 Diperbarui: 29 September 2022   05:39 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lentera Iman - Home | Facebook

Hatiku berkata " Ya Allah muliakanlah guruku ini disisimu, dia ikhlas menjalankan tugasnya sebagai sorang guru, sehatkanlah dia kembali agar dia bisa mengajar seperti biasanya dengan disertai nikmat sehat".

Hari-hari pun berlalu, aku pun diberatkan lagi oleh tanggung jawabku di organisasi, sehingga aku pun tidak bisa bertemu dengan guruku lagi, namun disuatu saat... ternyata ibuku pergi bersama dengan jema'ah akhwat yang lainnya untuk menjenguk guruku yang keadaannya sepertinya semakin parah, dan ternyata benar saja setibanya ibuku dirumahku, ibuku menceritakan semua keadaannya, ibuku bilang bahwa guruku keadaannya semakin parah.

Berjalan dari rumah menuju masjid saja badannya sudah tidak kuat, dan kini beliau pun sudah tidak mengajar lagi di sekolah Al-Azhar, begitupun juga dihari Jum'at ia sudah tidak kuat lagi untuk mengisi kajian, dan benar saja aku pun sudah tidak melihatnya sholat berjamaah dimasjid lagi, begitu parah sakitnya dan begitu keras perjuangannya untuk menegakan amal ma'ruf yaitu memperjuangkan untuk terus mengisi kajian.

Hingga suatu saat aku pun mendengar kabar bahwa beliau ternyata mulai dirawat dirumah sakit, dan jama'ah DKM Al-Muttaqin pun seringkali mendoakan kesehatan nyadisetiap setelah menyelesaikan sholat fardhu berjamaah, hari-hari pun berlalu begitu cepat, aku bayangkan hal itu seperti kilat, dan 1 Minggu ibaratkan seperti hanya 1 hari, bukan karena waktunya yang berlalu dengan lebih cepat.

Namun karena kesibukan dirikulah yang membuatku lupa dengan waktu, hingga suatu ketika aku dengar kabar bahwa keadaan guruku ternyata semakin hari semakin parah, bahkan hingga dinyatakan koma selama berada dirumah sakit, hatiku saat itu terjatuh dari ragaku, denyut jantungku berdetak kencang tak menentu, air mataku tak mampu lagi melewati pagar pengehalangnya.

Namun apalah daya, aku hanyalah seorang manusia biasa yang belum mampu membanting tulang, aku hanya bisa mendoakan nya disetiap sholatku demi kesembuhannya dan takdir yang terbaik untuknya. Karena memang sejatinya hanyalah Tuhan yang mampu menentukan takdir dan aku hanya bisa berpasrah dengan disertai ikhtiar semampuku saja tanpa lebih dari itu.

Hingga pada akhirnya ketika aku sedang melaksanakan sholat Magrib dimalam Jum'at dengan keadaan masbuk, aku dengar pengumuman dari imam bahwasanya guruku yang selama ini mengajariku tauhid, fiqih, tasawuf, madzhab, manhaj, ikhsan, ikhlas dan sabar kini telah menjadi bunga yang gugur dari pohonnya, aku saat itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Aku begitu terpukul, bibirku hanya bisa membungkam dan menahan ekspresi sedih, dan mataku rasanya sudah tidak mampu membendung air mataku, kini aku kehilangan cahaya lenteraku yang selama ini mengantarku kejalan yang lurus.

Kini aku rasa tidak memiliki arah, cahaya lentera yang selama ini ada disisiku sudah padam dan tidak bisa terang lagi, tak hanya aku saja, jama'ah lain pun turut sedih dengan kepergiannya, walaupun ku tahu ini merupakan takdir yang terbaik dari Allah.

Apalagi yang harus kulakukan selain menerimanya, karena sejatinya semua yang ditakdirkan Allah itu selalu baik, walau terkadang perlu air mata untuk menerimanya, begitu yang dikatakan oleh Syaidina Umar bin Khattab.

Namun terkadang penyesalan muncul dari benakku, aku sempat berpikir seandainya aku dahulu bisa menyempatkan waktuku sedikit saja untuk bertemu dengan guruku, mungkin aku dapat melihat wajahnya yang terakhir kalinya, dan mendengarkan nasihat darinya yang terakhir kalinya, namun apalah daya yang sudah biarlah terjadi, kini hanya bisa jadi kenangan, walaupun sedikit menyakitkan, dan kini aku hanya perlu sabar dan ikhlas menerima semua takdir dari Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun