Mohon tunggu...
Rizqi Fathurrohman
Rizqi Fathurrohman Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar dan Bermain

Belajar dari melihat, mempelajari, dan mencoba. Diri yang memiliki motto hidup "Muda berkarya, tua berjaya, mati masuk surga". Mari berbagi dan berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata Ini, Penjelasan Kenapa Anak Memilih yang Lebih Besar Padahal Jumlahnya Sama Saja

10 Mei 2021   00:43 Diperbarui: 10 Mei 2021   01:10 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Manusia terus belajar, namun aku yakin tahapannya hanya sampai sini" begitulah kira-kira kata Pak Piaget

Aku coba minta kalian mengingat kejadian ketika di TK yang relate banget sama anak kecil di sekitar kamu, baik itu adik, tetangga, ataupun saudara. Sudah?

Kalau aku pribadi, kejadian yang relate banget sama anak kecil disekitar aku adalah ketika bagi bagi THR di momen lebaran. Dulu, aku berpikiran bahwa ketika diberi oleh om/ tante uang lima ribu yang ada dua, itu lebih banyak daripada satu lembar dua puluh ribu. Dan juga dulu tuh mikirnya warna uang lima puluh ribuan itu kurang menarik warnanya, jadi lebih suka ke uang seribu, lima ribu, atau sepuluh ribu (dulu belum ada dua ribuan yaa)

Selain itu, ketika kumpul dengan teman-teman waktu kecil. Saat ada acara ulang tahun temanku, ibunya temanku menyuguhkan susu coklat yang kemasannya besar. Kemudian dibagi ke gelas-gelas. Kebetulan dirumahnya mungkin tidak ada stok gelas lusinan, alhasil gelas yang ada itu berbeda ukurannya. Saat itu sebelum dituang ke gelas yang berbeda beda, ibunya temanku menuangkannya ke gelas satu (sebagai pengukur), setelah itu baru dibagikan.

Aku yang saat itu disuguhkan pertama untuk mengambil gelas tersebut, mengambil gelas yang ukurannya paling besar. Yang dulu ada dipikiranku adalah semakin besar, semakin banyak, semakin puas minum susu.

Daaann.. hal ini terjadi (lagi) beberapa kali terhadap anak kecil yang aku jumpai ketika dihadapkan pilihan besar dan kecil. Jenisnya beragam, dari mulai es krim, susu, kue, dan lain-lain.

Lalu mengapa ya anak bisa berpikir demikian?

Nah, kita akan membahas tentang perkembangan kognitif manusia. Pembahasan ini adalah pembahasan tentang teori dasar perkembangan yang disampaikan oleh Bapak Jean Piaget, dari Swiss

Sebagai ringkasannya, Pak Piaget ini membagi tahapan perkembangan ini menjadi empat. Tahap Sensori-motorik, Pra operasional, Operasional Konkrit, dan Operasional Formal. Sampai sini, diingat-ingat lagi. apa aja?

Sensori Motorik,

Pra Operasional,

Operasional Konkrit, sama

Operasional Formal

Oke. Kita bahas secara ringkas tentang tahapan-tahapan itu ya..

1. Tahap Sensori-Motorik

Tahapan ini memiliki rentang usia mulai dari lahir sampai usia dua tahun. perkembangannya melalui 5 anggota tubuh yang ada pada anak usia tersebut. Sederhananya disebut panca indra.

Anak yang berada pada usia inikan baru kan ya. Baru kenal dunia nyata gitu :D. Jadi butuh perkenalan-perkenalan sederhana-lah, yang buat anak memiliki pengalamaan. Pengalaman tersebut berupa melihat, mencium, meraba, mendengarkan.

Lalu, lanjut ke proses selanjutnya. Di usia 9 bulan, Tahap sensori-motorik ini, mulai terlihat perkembangan anak untuk menyimpan memori dalam otaknya. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya refleks sederhana yang dilakukan oleh anak, contohnya ngemut jempol, nendang-nendang, atau menangis ketika ada suara yang mengganggu. Lalu, anak memiliki kesadaran bahwa ada hal-hal lain yang berada disekitarnya, seperti ada ibu, bapak, suara-suara, dan sebagainya. Perkembangan ini akan menjadi sebuah ingatan objek yang paten (memori dasar)

Ketika anak melakukan banyak hal yang berkaitan dengan fisik, pak Piaget menganggap bahwa anak akan terus meningkat perkembangan kognitifnya dengan hal tersebut. Contoh kegiatannya: bergerak, mencium bunga, merangkak, belajar duduk, tengkurap. Namun yang tidak ketinggalan dari tahapan ini adalah "Egosentrism". Artinya anak cuma ngeliat dunia berdasarkan sudut pandang dia aja. Semaunya dia deh pokoknya.

2. Tahap Pra-Operasional

Pada tahap ini tejadi di rentang usia 2-7 tahun.

Tahapan inilah yang menjadi alasan mengapa penampilan lebih besar menarik bagi anak, padahal jumlahnya sama aja.

pada tahap Pra-Operasional, pemikiran tentang fungsi simbolis, muncul, artinya anak baru memulai memahami kata, gambar, gerakan sebagai simbol simbol yang memiliki makna. Jadi ga salah kalau ditahap ini anak baru tau bentuknya aja, belum tau nilai atau komposisinya.

Selain itu, tahapan ini juga disebut sebagai masa munculnya pemikiran intuitif anak.

Apa sih itu?

Yaa anak kepo dengan segala hal. Tanya ini, Tanya itu. Jangan heran. Memang itu masanya ya, Bund

Intuitif ini muncul sekitar umur empat tahun. anak memiliki jumlah yang besar dalam pengetahuan, mampu menyimpan memori yang sangat banyak. Sehingga saran kegiatan yang dapat dilakukan yaitu kegiatan bermain yang memiliki esensi pembelajaran untuk menambah informasi yang baru dan positif.

3. Tahap Operasional Konkrit

Tahap ini terjadi di rentang usia 7-11 tahun.

Pada tahapan ini anak mulai menemukan konsep logika dan mampu unutk mengembangkan operasi kognitif secara konkrit. Maksudnya adalah anak dalam melakukan berbagai hal, sudah mampu untuk menyortir objek dalam urutan-urutan tertentu.

Contoh deh. Kalau sebelumnya susu di tempat yang lebih besar itu dianggap lebih banyak. Nah di tahap ini, anak sudah mengetahui bahwa ukuran besar kecil sebuah wadah, tidak mempengaruhi kuantitas yang ada didalamnya. Jadi mau itu wadahnya besar atau kecil, ia sudah mampu menentukan kuantitas yang ada di dalamnya. Begitupun uang. Di tahap ini anak udah kenal uang. Jadi ga ada lagi tuh konsep lima ribu yang ada dua lebih banyak nilainya daripada uang lima puluh ribu yang ada Satu

Pada tahap ini juga otak mengalami pengaturan ulang pikiran anak sebagai bentuk pondasi untuk mental operasinya anak. Dan juga pada tahap ini anak mulai memahami tentang pikiran serta perasaan diri merupakan hal yang unik, dan perasaan yang orang lain rasakan ga harus sama.

4. Tahap Operasional Formal

Tahap ini berlangsung ketika umur dua belas tahun keatas.

Ditahap ini aku kasih poin poinnya aja ya

> Pada tahap ini individu mampu untuk berpikir rasional tentang konsep dan abstrak peristiwa hipotesis

> pada kemampuan tersebut akan muncul bahwa terdapat hal-hal yang berkebalikannya. contoh ada pemikiran tentang sukses, ada pemikiran tentang gagal. Ada pemikiran tentang cinta, ada pemikiran tentang benci. dan sebagainya

> terbentuknya pemahaman yang lebih dalam tentang identitas dan moralitas anak.

> mulai menunjukkan belas kasih.

Tahapan ini juga membentuk penalaran Deduktif, artinya adalah individu dapat membandingkan 2 pertanyaan dan mencapai sebuah logika yang general. Sehingga dalam pencapaiannya tersebut, terbentuklah mental baru yang dapat membuat untuk merencanakan kehidupan yang secara sistematis dan mampu untuk memproritaskan sesuatu. Selanjutnya ditahap ini juga egosentris akan jauh berkurang.

Sehingga Pak Piaget mengemukakan bahwa manusia akan terus belajar, namun jika dilihat dari perkembangan kognitifnya, tahap Operasional Formal merupakan tahap terakhir dari perkembangan tersebut.

Demikian celotehan tulisan yang aku buat. Hihihi

aku harap tulisan ini bisa bermanfaat bagi aku dan juga kamu :)

Salam Hangat,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun