“Benarkah begitu?” sahut selenting suara dalam hatiku.
“Y…,ya….” ucapku pelan, ragu.
“Benarkah begitu?” ulang suara itu lagi.
“Ya, tentu saja! Semua teman-temanku menyukaiku. Berjuta kali
mereka katakan padaku bahwa aku adalah teman terbaik yang
pernah mereka miliki. Oh, ya… tidak hanya teman-temanku,
tetapi juga setiap orang yang pernah mengenalku. Bahwa aku
adalah pribadi yang menyenangkan, dan teman yang nyaris… sempurna.” ujarku puas.
“Begitukah?” ulang suara itu, lagi.
“Ya!!!” dan akupun makin kesal.
“Oh…, kalau memang begitu, tak ada satupun hal yang patut kau
cemaskan, bukan?”
Aku berbalik, membelakangi jendela, membelakangi purnama…
“Tidak! Maksudku, mungkin… memang ada yang kurang…”
“Dan kau sedang berusaha mengingkarinya?!” ujarnya sinis.
“Tidak! Em.., mungkin, iya…!” dan kemudian aku kembali ke kasur.
Merebahkan diri, memejamkan mata sekian detik, lalu kembali
membaca ulang puisi itu…