Mohon tunggu...
Rizky Dwi Cahyani
Rizky Dwi Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Reading and travelling, astrophile

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Struktur Epistemologi Islam: Penerapan Paradigma Integrasi Islam dalam Ilmu Manajemen dalam Konteks Sosial Humaniora

10 Juni 2024   18:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   07:28 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penerapan manajemen  (Foto oleh Pixabay)

Paradigma integrasi dalam ilmu sosial humaniora merujuk pada sebuah upaya untuk menghubungkan dan menyatukan berbagai aspek dan disiplin ilmu dalam studi sosial dan humaniora. Dalam konteks ini, integrasi mencakup dua jenis yaitu integrasi horizontal, yang berarti integrasi antar disiplin ilmu dan integrasi vertikal, yang berarti integrasi antara teori, metode, dan data. Integrasi ini tidak hanya melibatkan ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, dan lain-lain, tetapi juga dapat melibatkan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, psikolinguistik, dan neurosains. Salah satu teori yang relevan untuk mendukung paradigma ini adalah teori integrasi-interkoneksi yang dikemukakan oleh Amin Abdullah. Teori ini menekankan pentingnya menghubungkan berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu sosial. Amin Abdullah, seorang cendekiawan muslim, mengusulkan bahwa integrasi ilmu harus didasarkan pada pendekatan interkoneksi, di mana berbagai disiplin ilmu tidak lagi dilihat secara terpisah (dikotomis) tetapi saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain. Pendekatan ini memungkinkan untuk melihat fenomena sosial humaniora dari berbagai sudut pandang

Dalam era globalisasi yang terus berkembang, kebutuhan akan sebuah pemahaman yang mendalam terhadap berbagai aspek kehidupan manusia semakin menjadi fokus utama. Jadi penerapan integrasi dalam ilmu sosial humaniora menjadi semakin penting mengingat dinamika masyarakat yang selalu berubah. Salah satunya dengan penerapan paradigma integrasi dalam ilmu sosial humaniora, yang mana dalam penerapannya terdapat dilihat dari 3 epistemologi yaitu burhani, bayyani, serta irfani. Epistemologi bayyani dalam hal ini menunjukkan sebuah ayat atau hadits yang relevan dalam ilmu manajemen, epistemologi burhani (rasional/ logis) merupakan  penerapan nyatanya, serta epistemologi irfani  yang berdasar pada pengalaman sebagai sumber pengetahuan, jadi dapat diambil kesimpulan manfaat atau nilai-nilai yang dapat diambil dari penerapannya.

A. Epistemologi Bayyani

 Dalam ilmu manajemen, Al Qur'an dan Hadits memberikan panduan untuk proses, pengambilan keputusan, dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Adapun ayat dan hadits yang sesuai diantaranya:

  • Surah Al-Baqarah (2:286): "Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya..."

Penjelasan terkait ayat tersebut mengajarkan pentingnya memberikan tugas sesuai dengan kemampuan seseorang. Dalam manajemen, ini berarti memastikan menggarisbawahi prinsip pemberian tugas berdasarkan kemampuan individu, yang berarti tanggung jawab individu sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka.

  • Surah An-Nisa (4:58): "Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanah terhadap yang berhak menerimanya, dan (menyuruhmu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil..."Ayat berikut menyoroti pentingnya tanggung jawab dan adil
  • Hadis riwayat Bukhari dan Muslim: Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."(HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan hadits serta ayat ini menekankan pentingnya menyampaikan amanat (tanggung jawab) kepada yang berhak dan membuat keputusan yang adil, selain itu juga setiap pemimpin harus bertanggung jawab atas tugas-tugas yang mereka pimpin. Dalam manajemen, ini berarti memilih orang yang tepat untuk posisi tertentu dan memastikan bahwa keputusan manajerial didasarkan pada prinsip keadilan.

B. Epistemologi Burhani

Penerapan nyata ilmu manajemen yang berkaitan dengan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan secara logis, rasional, dan berdasarkan bukti. Adapun contoh penerapan epistemologi ini dalam ilmu manajemen yaitu:

  • Prinsip Amanat (Tanggung Jawab) dan Keadilan

Misalnya terkait hal ini diantaranya ialah dengan pemberian tugas yang tepat, karena tugas dan tanggung jawab harus diberikan kepada individu yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang tepat. Hal ini melibatkan proses penilaian yang objektif dan berbasis bukti untuk memastikan bahwa orang yang dipilih untuk suatu tugas benar-benar mampu dan bisa melaksanakannya. Selain itu juga dengan keadilan dalam pengambilan keputusan, karena keputusan yang diambil harus didasarkan pada prinsip keadilan, yang berarti mempertimbangkan semua aspek dan pandangan secara objektif. Keadilan harus menjadi landasan dalam setiap keputusan untuk memastikan bahwa semua pihak diperlakukan dengan adil dan setara.

  • Prinsip Kesesuaian dengan Kemampuan

Gambaran umumnya seperti  sebuah penugasan yang berdasarkan kemampuan, hal ini menentukan dan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan individu, kemudian memastikan bahwa setiap orang dapat bekerja dengan efisien dan tidak terbebani oleh tugas yang tidak mampu diselesaikan. Hal Ini juga melibatkan evaluasi yang tepat terkait kemampuan dan keterampilan setiap individu. Selain menugaskan berdasarkan kemampuan saat ini, penting juga untuk memberikan pelatihan dan pengembangan agar tiap individu itu dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi mereka. 

  • Prinsip Musyawarah

Prinsip musyawarah ini berkaitan dengan ayat Al-Qur’an di surat Asy-Syura (38). Gambaran umum dari prinsip ini yaitu dalam musyawarah, hal ini berarti mengambil keputusan melalui proses musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Hal ini memastikan bahwa semua pandangan dan perspektif dapat dipertimbangkan, dan hasil keputusan akhirnya nanti merupakan yang paling baik untuk kebaikan bersama. Selain itu juga mendorong kolaborasi dan partisipasi aktif dari semua anggota organisasi atau kelompok dalam pengambilan keputusan. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas keputusan tetapi juga membangun rasa dan tanggung jawab bersama.

C. Epistemologi Irfani

Epistemologi Irfani berarti berdasar pada pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Dalam konteks ilmu manajemen berarti berkaitan dengan manfaat dan nilai-nilai dari penerapan ajaran Islam. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil yang baik. Adapun nilai dan manfaat penerapannya yaitu:

  • Keberlanjutan dan dampak sosial: Nilai manajemen terkait tanggung jawab sosial bermaksud menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dan keberlanjutan, mendorong kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan, serta dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan dan tindakan, pendekatan ini membantu menciptakan nilai yang berkelanjutan.
  • Integritas dan etika: Epistemologi irfani menekankan pentingnya etika dan integritas terhadap semua keputusan dan tindakan. Hal ini juga dengan menekankan kejujuran dan transparansi, epistemologi ini membangun kepercayaan antara manajemen dan anggota, serta antara organisasi dan individu yang berkepentingan eksternal.
  • Pengambilan keputusan yang lebih bijaksana serta peningkatan kualitas kepemimpinan: Dalam pengambilan keputusan yang lebih bijaksana serta melihat hubungan antara berbagai faktor dalam situasi yang dihadapi bisa membantu memahami dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil. Sedangkan dalam peningkatan kualitas kepemimpinan, pemimpin yang menerapkan epistemologi irfani memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kemampuan dan kebutuhan orang-orang yang mereka pimpin. Mereka tahu bahwa tidak semua orang dapat melakukan semua tugas dengan sama baiknya, jadi mereka memberikan tugas sesuai kemampuan, serta pemimpin yang berfokus pada nilai-nilai spiritual dapat menginspirasi dan memotivasi orang lain yang mana hal itu dapat membantu mereka menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka.

Paradigma Integrasi ini ada/muncul untuk membahas tentang pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum, seperti yang dibahas oleh Amin Abdullah dalam kaitannya dengan Integrasi-Interkoneksi. Dengan mengintegrasikan perspektif Islam dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dibahas dalam tulisan ini, pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan dikotomi ilmu sehingga menghubungkan berbagai aspek dan disiplin ilmu dalam studi sosial dan memberikan solusi yang lebih tepat dan berkelanjutan terhadap isu-isu sosial yang ada.

         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun