Prinsip musyawarah ini berkaitan dengan ayat Al-Qur’an di surat Asy-Syura (38). Gambaran umum dari prinsip ini yaitu dalam musyawarah, hal ini berarti mengambil keputusan melalui proses musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Hal ini memastikan bahwa semua pandangan dan perspektif dapat dipertimbangkan, dan hasil keputusan akhirnya nanti merupakan yang paling baik untuk kebaikan bersama. Selain itu juga mendorong kolaborasi dan partisipasi aktif dari semua anggota organisasi atau kelompok dalam pengambilan keputusan. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas keputusan tetapi juga membangun rasa dan tanggung jawab bersama.
C. Epistemologi Irfani
Epistemologi Irfani berarti berdasar pada pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Dalam konteks ilmu manajemen berarti berkaitan dengan manfaat dan nilai-nilai dari penerapan ajaran Islam. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil yang baik. Adapun nilai dan manfaat penerapannya yaitu:
- Keberlanjutan dan dampak sosial: Nilai manajemen terkait tanggung jawab sosial bermaksud menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dan keberlanjutan, mendorong kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan, serta dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan dan tindakan, pendekatan ini membantu menciptakan nilai yang berkelanjutan.
- Integritas dan etika: Epistemologi irfani menekankan pentingnya etika dan integritas terhadap semua keputusan dan tindakan. Hal ini juga dengan menekankan kejujuran dan transparansi, epistemologi ini membangun kepercayaan antara manajemen dan anggota, serta antara organisasi dan individu yang berkepentingan eksternal.
- Pengambilan keputusan yang lebih bijaksana serta peningkatan kualitas kepemimpinan: Dalam pengambilan keputusan yang lebih bijaksana serta melihat hubungan antara berbagai faktor dalam situasi yang dihadapi bisa membantu memahami dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil. Sedangkan dalam peningkatan kualitas kepemimpinan, pemimpin yang menerapkan epistemologi irfani memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kemampuan dan kebutuhan orang-orang yang mereka pimpin. Mereka tahu bahwa tidak semua orang dapat melakukan semua tugas dengan sama baiknya, jadi mereka memberikan tugas sesuai kemampuan, serta pemimpin yang berfokus pada nilai-nilai spiritual dapat menginspirasi dan memotivasi orang lain yang mana hal itu dapat membantu mereka menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka.
Paradigma Integrasi ini ada/muncul untuk membahas tentang pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum, seperti yang dibahas oleh Amin Abdullah dalam kaitannya dengan Integrasi-Interkoneksi. Dengan mengintegrasikan perspektif Islam dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dibahas dalam tulisan ini, pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan dikotomi ilmu sehingga menghubungkan berbagai aspek dan disiplin ilmu dalam studi sosial dan memberikan solusi yang lebih tepat dan berkelanjutan terhadap isu-isu sosial yang ada.
    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H