Mohon tunggu...
Rizky Setya Pramana
Rizky Setya Pramana Mohon Tunggu... Editor - Love, human, earth, and hope...

Berusaha menjadi individu yang lebih bermanfaat dari hari kemarin.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pusi | Asa

6 Desember 2019   11:20 Diperbarui: 6 Desember 2019   11:38 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hembus angin selepas hujan

Hampiri

Barisan gigit jari para petani

Entah murka tanah

Ataupun

Beton lebih mereka sukai daripada padi

Belum lagi hama yang kian menjadi

Di pesisir utara 

Para nelayan tak kuasa mendayung perahu

Jaring mereka dibiarkan putus 

Tergeletak begitu saja

bau amis

Beberapa ekor ikan yang masih tersangkut

Dibiarkan hampir busuk

Menumpuk di badan petahu

Enggan tuk merapikannya lagi

Sebab bagi mereka

Beras lebih berharga

Dari pada untuk mengantri solar

Ya, hasil tangkapan tak sebanding

Khalayak ramai dipengujung tahun ini

gundah selimuti awal penghujan

Tentram yang makin absurd

Krisis moral makin mewabah

Perut lapar makin menular

Sedang mereka disana masih saja terus menggoreng

Senjata isu populer 

Agama, ras, suku

Bagai sepasang sarung tinju

Seolah tutup mata

Tapi bagaimana nasib

Mereka para barisan perut lapar

Yang krisis lapangan kerja

Tepuk tangan untuk pemerintah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun