Riang anak di tanah lapang
Kian lantang menunggunya datang
Mulai tergulung benang layang
Namun bukan maksud diri untuk pulang
Berlari angin tunggang-langgang
Mengajak debu-debu hasil kemarau
Rerumputan membelah searah
Burung emprit migran dari sawah
Terbang masal ke selatan
Tinggalkan sarang juga sisa kotoran
Langit beranjak muram
Ku kira mataku rabun
Ternyata memang rabun
Sedikit tercengang
Memang membius suasana....
Seketika butiran itu berjatuhan
Satu demi satu
Hingga membasahi seisi alam
Tak pandang bulu
Sampai-sampai siluet temaram pun ia punggungi
Bising kendaraan ia redam
Suara deru pabrik ia bungkam
Lelah pekerja ia segarkan
Optimiskan hati para petani
Hijaukan ilalang yang selama ini kering gersang
Ia gantikan peran senja yang menawan...
Ia mencuci alam bawah sadarku
Bersihkan ingatan-ingatan kelam
Hujan memang sumber kehidupan
Juga penghidupan sang Alam.
(Pemalang, 15/11/19)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI