Tak hanya SMS, terkadang pesan-pesan itu juga ada pada aplikasi media sosial melalui direct message (DM) atau pesan langsung WhatsApp, Instagram, Tiktok dan Facebook.
Di email juga tak luput dari spam-spam. Modusnya seperti lowongan kerja, pendidikan dan pelatihan (diklat) instansi/perusahaan, perjanjian kerjasama dan lain sebagainya.
Semua menjurus ke instruksi yang sama yakni pengguna smartphone diarahkan untuk mengakses tautan/link atau mengunduh file aplikasi ilegal.
Risih, ya sudah pasti. Kesel ? Ya, sama dengan yang dirasakan oleh teman-teman Kompasianers.
Alih-alih mengetahui lebih lanjut, saya bersikap "bodo amat" lantas segera menghapus spam-spam tersebut.
Bahkan, saya tak segan-segan untuk langsung memblokir nomor-nomor tak jelas tersebut agar tak berulang mengirim spam ke gawai saya.
Mengapa langsung dihapus ? Alasannya untuk mengantisipasi akses klik link secara tidak sengaja ketika ada masalah yang terjadi dengan perangkat gawai.
Masalah error system dan sensitivitas layar misalnya, terkadang ini mengakibatkan sistem operasi smartphone membuka aplikasi-aplikasi sendiri, padahal kita tidak menyentuh layar.
Alangkah apesnya, jika yang diakses saat error adalah link-link spam yang menjadi sarana memuluskan aksi phising.
Kita tentu tidak ingin akses perbankan digital kita berada di "genggaman para pelaku kejahatan siber".
Jika sudah berada di "ujung-ujung jari mereka", maka saldo-saldo uang itu langsung dikuras habis.