Dari anjuran berkurban, kita belajar arti kesabaran dan puncak ketaatan luar biasa yang harus dihadapi dan dijalani oleh keluarga Nabi Ibrahim As, Siti Hajar dan Nabi Ismail AS saat sulit maupun lapang.
Keluarga Ibrahim AS begitu kompak. Semua saling mendukung untuk menunaikan perintah Allah SWT tanpa keraguan dan penuh keikhlasan.
Bahkan Ismail AS terlihat begitu rela dan berserah diri. Hal ini termuat dalam Alquran Surat As Saffat Ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya : Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Tentunya, ini menjadi kisah nyata penuh penyadaran yang menjadi pengajaran dan pembelajaran hidup bagi kita semua bahwa kita bukanlah siapa-siapa.
Apa yang kita miliki saat ini, semua adalah titipan Allah SWT. Tidak sepatutnya malah menjadi "pembuka jalan" sifat tinggi hati.
Menjadi Pribadi Lebih Baik dari Hari ke Hari
Dari peristiwa kurban ini, kita juga diingatkan untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari di tengah kepastian menjadi tua dan menuju titik perhentian waktu dunia yang masih menjadi misteri bagi setiap jiwa insan manusia.
Kita harus ikhlas, tabah dan sabar ketika mendapatkan ujian dari Allah SWT.
Jika dapat melalui dengan ketakwaan dan berserah diri setelah melakukan ikhtiar dan doa, maka Allah SWT akan mengangkat derajat kita.