Dari sisi samping jendela, kutatap butir-butir bening dunia yang tak ada habisnya
Hijau dedaunan melukis simfoni sunyi
Suara bising kendaraan menyeruak keudara dengan asap hitam melilit di angkasa
Mengamati dalam senyap langkah manusia hilir mudik
Ku temukan sosok seribu cerita diantara mereka dengan beragam ekspresi yang tampak di kanvas hidup yang berbicara
Ada tawa yang melukis ceria canva hidup, sementara ada luka yang tersembunyi dibalik mata
Sementara di sudut lain, Â ku lihat ekspresi wajah yang mengeras bagai batu dihantam waktu dengan api yang berkobar membara nyala bak menantang dunia yang semu
Tersenyum tipis sembari mata terpejam, membiarkan dunia semu ini mengalir perlahan
Pikiranpun melayang, bukankah hidup bak rotasi bumi?Â
Berputar dalam siklus tak terhitung, ada tawa, tangis, ada ketakutan yang saling bersahutan, ada juga kegagalan yang menggurkan sebuah harapan
Kita terbang tinggi bagai awan memeluk langit namun, akhirnya kembali pulang ke tanah yang abadi
Dipuja setinggi bintang lalu dihujat serendah pasir, hidup seperti roda bak menggelinding tanpa henti
Ombak laut pun mengenal pasang surut seperti nasib manusia yang tak pernah lurus
Tapi yakinlah Allah maha baik, dia takkan membiarkan hamba-Nya terpuruk terus menerus
Bukankah dia telah berjanji, dalam firman-Nya yang suci, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya " (Q.S. Al-Baqarah: 286)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H