Banjir yang melanda Kota Pontianak pada tahun 2023 hingga 2024 telah menjadi sorotan berbagai media. Dengan mengkaji sepuluh ringkasan berita yang berasal dari sumber yang berbeda, kita dapat melihat bagaimana framing media dalam memberitakan kejadian ini, terutama dalam hal penyebab, solusi, dan dampak banjir tersebut.
1. Framing Penyebab Banjir
Sebagian besar berita menyoroti penyebab banjir sebagai akibat dari curah hujan ekstrem dan sistem drainase yang buruk. BMKG Kalbar pada berita di kalbarprov.bmkg.go.id (berita no. 1) menggambarkan banjir pada 27 Maret 2024 sebagai akibat dari hujan ekstrem dengan intensitas 154 mm/hari. Hal serupa juga disampaikan oleh antarafoto.com (berita no. 3) yang menyatakan bahwa hujan deras pada 8 Maret 2024 mengakibatkan genangan air di jalan-jalan utama.
Selain itu, faktor perubahan iklim juga diangkat oleh beberapa media seperti prokal.co (berita no. 2) yang menghubungkan banjir di Pontianak dengan dampak perubahan iklim global, menunjukkan bahwa banjir ini bukan hanya fenomena cuaca lokal, melainkan bagian dari masalah yang lebih besar. Beberapa media, seperti rri.co.id (berita no. 6), juga menyoroti masalah banjir rob, yang disebabkan oleh air pasang yang rutin terjadi setiap awal dan akhir tahun.
2. Framing Solusi dan Penanganan
Sebagian besar media tidak hanya berfokus pada penyebab, tetapi juga menawarkan pandangan mengenai solusi dan mitigasi yang diperlukan untuk mencegah banjir berulang. Misalnya, berita di prokal.co (no. 2) menekankan perlunya revisi masterplan drainase dan perluasan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai langkah antisipatif. Hal ini juga didukung oleh berita di kompas.id (no. 5), yang menekankan perlunya optimalisasi parit dan perbaikan ruang terbuka hijau untuk menangani genangan air di Pontianak.
Berita lain, seperti dari rri.co.id (no. 4), menekankan evaluasi sistem drainase yang tidak memadai, dan perlunya kerja sama antarwilayah dalam mitigasi risiko banjir. Ini menunjukkan bagaimana media tidak hanya memberikan laporan situasional, tetapi juga menyampaikan narasi tentang pentingnya tindakan preventif dan kolaborasi.
3. Framing Dampak Banjir
Dampak dari banjir, terutama pada infrastruktur dan aktivitas masyarakat, juga menjadi fokus utama pemberitaan. Beberapa media menggambarkan situasi yang cukup parah, seperti pada berita dari pontianakpost.jawapos.com (no. 7), yang melaporkan bahwa ratusan rumah dan infrastruktur terendam akibat banjir. Berita dari kumparan.com (no. 9) juga menekankan bagaimana banjir setinggi betis mengganggu arus lalu lintas di berbagai ruas jalan utama seperti Jalan Sultan Abdurrahman dan Gajah Mada.
Selain itu, beberapa media juga menyoroti aspek kerugian ekonomi dan sosial akibat banjir, seperti hambatan bagi pengendara kendaraan bermotor, serta potensi kerusakan rumah dan fasilitas umum yang bisa berdampak lebih luas terhadap kehidupan sehari-hari warga Pontianak.
4. Framing Prediksi dan Peringatan
Selain melaporkan banjir yang terjadi, beberapa media seperti kalbarprov.bmkg.go.id (no. 1) dan borneonetv.com (no. 10) menyampaikan prediksi cuaca BMKG, yang memperkirakan hujan ekstrem akan berlanjut hingga 4 April dan 8 Mei 2024. Media ini tidak hanya berfungsi sebagai pelapor, tetapi juga sebagai sumber informasi peringatan dini bagi masyarakat agar bisa bersiap menghadapi cuaca ekstrem di masa mendatang.
Kesimpulan
Dari sepuluh berita yang diulas, dapat disimpulkan bahwa media massa di Pontianak secara umum menyoroti banjir sebagai masalah yang disebabkan oleh kombinasi faktor alam (curah hujan tinggi dan banjir rob) serta infrastruktur yang tidak memadai (sistem drainase buruk). Media juga menekankan pentingnya revisi kebijakan publik terkait drainase dan tata kota untuk mengurangi risiko banjir di masa depan. Narasi tentang dampak luas banjir terhadap masyarakat dan infrastruktur juga diangkat sebagai bentuk peringatan kepada pemerintah untuk lebih serius dalam menangani masalah ini.
Framing media terhadap banjir ini menunjukkan adanya upaya untuk tidak hanya menggambarkan banjir sebagai fenomena tahunan, tetapi juga untuk mendorong langkah-langkah konkret dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H