Pemandangan indah tersebut hanya bertahan singkat. Kabut segera menutupi kembali. Sinar matahari pun hilang.
"Yok lanjut lagi. Sepuluh menit lagi kita akan melihat bunga edelweis. Semoga kita beruntung hari ini," ajak Rosyad.
Saya tahu tentang kebohongan bagi pendaki pemula. Sepuluh menit yang dikatakan Rosyad adalah hal yang fana. Seakan harapan dijunjung setinggi langit tapi dipatahkan oleh kenyataan. Di sisi lain, hal tersebut bisa menjadi penyuntik semangat bagi pendaki pemula.
Tanpa berpikir lama, kami berempat lanjut berjalan kembali. Benar. Setelah melewati tebing bebatuan, kami disambut tanaman bunga edelweis. Sayang kami kurang beruntung. Bunga edelweis belum waktunya mekar.
Sebentar lagi puncak. Kami harus semangat. Trek semakin menanjak. Sejenak kami beristirahat. Ahmad dan Agung tertinggal di belakang. Nampaknya mereka berdua sangat kelelahan.
"Sepuluh menit lagi kita sudah sampai di jalur yang berpasir," kata Rosyad.
Kalimat dari Rosyad membangkitkan semangat Ahmad. Kami kembali berjalan santai. Diselingi candaan di perjalanan untuk melupakan rasa lelah.
Tak berselang lama, kami sudah berada di jalur berpasir. Kami berteriak lega. Di depan mata nun jauh, puncah kawah semakin menggoda. Sebentar lagi. Kaki bertahanlah. Pemandangan akan semakin indah.
Tantangan terakhir menunggu kami. Sebelum mencapai puncak kawah, kami harus melewati tebing berbatu yang ketika kita melihat di bawah, jurang bebatuan terlihat jelas. Kami harus lebih berhati-hati. Hanya tali yang membantu kami.
Nyali Ahmad diuji kali ini. Dia berkata sempat ingin menyerah melihat trek terakhir yang harus melewati tebing bebatuan. Tapi mengingat perjuangannya sejauh ini dan melihat puncak kawah yang sudah di depan mata, dia melawan batas kelelahan.