Selain itu, terkadang mereka juga main tenis meja di halaman depan rumah. Meja tenis digelar, net dipasang, dan peralatan disiapkan. Walau main malam hari, kemampuan mereka dalam mengolah bola pingpong jangan diragukan. Jago. Bahkan kalau diadu dalam kejuaraan tingkat kecamatan, saya yakin salah satu di antara mereka pasti ada yang minimal naik podium.
Sekira jam sebelas malam ke atas, waktu diisi dengan sesi ngobrol-ngobrol together. Topiknya random. Terkadang ngomongin kehidupan yang begini-begini saja, monoton.Â
Kalau sedang waras, pasti membahas sejarah dan negara. Entah dapat dari mana topik itu, yang pasti obrolan ini bisa sampai subuh. Paling cepat selesainya pukul dua dini hari. Begadang jatuhnya.
Obrolan yang beragam menjadikan para manusia ini betah. Tidak hanya berbicara hanya satu topik saja yang membuat diri tidak maju. Kalau sedang serius, seriusnya pun juga puuuoolll. Enggak ada lagi tuh yang namanya bercanda. Satu aja yang melemparkan joke, pasti bubar tuh obrolan.
Imbas dari kegiatan tersebut adalah ada yang bolos kuliah karena mbangkong, ada yang telat kerja, ada yang tidur sampai sore. Konsekuensi harus didapat dari setiap hal yang dilakukan. Dan itu harus dihadapi.
Satu hal yang aneh dari "kosan sastra" ini: kalau sedang ramai, ramainya minta ampun. Naudzubillah. Bisa penuh tuh ruang tamu dan kamar. Semua orang pada datang. Tapi saat sepi, jan sepine juga minta ampun. Krik ... krik ... krik ... Seperti kuburan lama. Enggak ada kehidupan blas.
Ada untungnya bagi saya kalau tempat tingga saya (kosan sastra) ini sepi. Saya bisa menulis. Situasi hening membuat saya lebih cepat menyelesaikan sebuah tulisan. Saya tipe orang yang tidak bisa menulis dalam keadaan ramai orang.Â
Bayangkan, menulis kan bentuk refleksi diri, harus hening dan tenang. Namun di saat yang bersamaan, ada manusia-manusia setengah waras ini. Jatuhnya bukan tulisan yang dihasilkan tapi guyonan.
Kosan sastra bukan hanya sekadar tempat singgah. Lebih dari itu. Jika di antara mereka ada yang putus cinta dan melupakan sejenak masalah, pasti larinya ke tempat ini. Sebuah tempat dengan filosofinya sendiri. Lingkungan di sini juga mendukung. Orang-orangnya seru, humble, mudah bergaul, dan juga lebih banyak tawa yang dihasilkan.
Dahulu bahkan ada banyak orang lagi yang singgah ke kosan sastra. Namun dengan sebab satu dan lain hal, beberapa orang tersebut tak lagi singgah. Tak apa. Setiap orang punya jalan dan rambunya sendiri-sendiri. Tugas sesama teman ialah saling mendukung. Dan itu pasti.
Begitulah cara mereka menghibur diri. Dengan cara-cara sederhana yang menjadi pemantik kesenangan. Saya yakin di waktu yang entah kapan datangnya, kosan sastra ini pasti menemui titik kesepiannya. Ditinggal para penghuninya yang mungkin sibuk mengejar mimpi. Saya sendiri pun mungkin juga akan meninggalkannya. Ada banyak hal yang harus dilakukan di luar kandang.