Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kos Sastra: Lebih dari Sekadar Tempat Singgah

2 Maret 2022   05:00 Diperbarui: 2 Maret 2022   05:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edited from Canva / dokpri

Selepas isya' satu per satu dari mereka datang. Tangan kosong. Hanya membawa bahan guyonan dan raga belaka. Terkadang kalau pusarnya sedang bolong, mereka membawa barang satu dua makanan ringan: gorengan, roti, buah markisa. Itu pun pasti langsung habis dalam kejapan mata.

Tempat yang mereka tuju yakni hanya satu: mereka menyebutnya sebagai kos-kosan sastra. Eits, jangan membayangkan segala sesuatu dari namanya. Karena ini bukan kos-kosan yang biasa ditemui di area kampus atau tempat ramai lainnya. Jangan juga membayangkan kata "kos" yang setiap bulannya harus membayar uang sewa. Tidak ada plakat "kos" yang tertera di depan. 

Kata kos-kosan hanya sebuah istilah. Yang mereka sebut kosan sastra tidak lebih dari sekadar rumah sederhana dengan satu kamarnya berisi buku-buku bacaan: lebih banyak novel.

Mereka menyebut kosan sastra karena ya di sinilah tempat mereka nongkrong. Seperti kos-kosan katanya. Mereka bisa tidur semaunya, ngopi sepuasnya, tertawa sekencangnya, nobar sepakbola sebisanya, dan baca buku sesenggangnya. Penghuni rumahnya hanya tinggal dengan neneknya. Dan itu adalah tempat tinggal saya.

Biasanya setelah datang, mereka mengambil kegiatannya sendiri-sendiri. Ada yang membaca buku dan main game sampai kesal karena kalah terus. 

Kalau sedang mengerjakan tugas kuliah lantas tak menemukan jawaban, pasti di antara mereka meradang seperti melihat mantan jalan dengan yang lain Satu laptop dipakai banyak manusia.

Sekarang masih mendingan ada dua laptop yang mengakomodasi keperluan kuliah orang-orang ini. Dulu hanya pakai satu laptop. Jadi, kalau ingin mengerjakan tugas kuliah harus antre seperti di wc umum.

Penghuni "kosan sastra" ini berasal dari jurusan berbeda-beda. Mulai dari Pendidikan Bahasa Inggris, Pariwisata, Sejarah Peradaban, hingga Manajemen Bisnis. Ada juga yang bekerja serabutan. Beragam seperti di ragunan.

Kegiatan individualis mereka ini paling hanya bertahan sekitar satu jam. Selepas itu sudah pada bosan. Kalau sudah seperti ini mereka biasanya memutar musik dan bernyanyi tidak jelas. 

Dari sekian banyaknya manusia di tempat ini, tidak ada satu pun suaranya yang lulus sensor. Hancur semua. Namun mereka senang-senang saja dan kelewat percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun