"Iki soalmu enggak keliru?" tanya saya.
"Enggak, Mas."
"Mosok? Keliru paling. Waktu zaman Mas dulu sekolah, enggak ada lho soal semacam ini."
"Bener kok, Mas."
"Gurumu paling salah ngasih soal."
"Enggak mungkin, Mas."
"Ya wes ngene. Coba dicari cara dan jawabannya di Google. Siapa tahu ada di sana."
"Enggak ada, Mas. Kalau ada ngapain aku minta bantuan Mas."
Mampus. Di google pun tak memberi bantuan. Saya harus putar otak nih.
"Ngene lho tak kasih tahu. Kalau soal hitung-menghitung peluang dadu, Mas enggak bisa. Mas bisanya menghitung peluang mendapatkan uang. Lagian buat apa dadu kok dihitung peluangnya. Emang dadu bermanfaat? Enggak kan. Jadi ketimbang menghitung soal yang tak pasti jawabannya mendingan enggak usah dikerjain. Biarkan peluang dadu ini menguap dibawa angin," terang saya.
Adik saya diam cukup lama. Mematut-matut seolah tengah berpikir keras.