Allaahu akbarÂ
Allaahu akbarÂ
Allaahu akbar
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar
Allaahu akbar wa lillaahil-hamd
***
Tak terasa bulan suci Ramadhan telah kita lewati selama satu bulan penuh. Selama itu, kita telah berhasil menahan godaan hawa nafsu, angkara murka, lapar, dan dahaga. Kita telah berhasil memenangkan peperangan.
Malam tadi, seluruh umat Muslim berpesta. Gema takbiran bergaung di seluruh penjuru. Masjid-masjid dipenuhi anak kecil yang saling bergantian melafalkan takbiran. Para orang dewasa berbondong-bondong mengantarkan zakat fitrah. Tonggak kemenangan sudah kita pegang.
Perpisahan dengan bulan Ramadhan selalu berat. Tangis haru menyelimuti beberapa dari kita. Mereka berdoa semoga dipertemukan kembali dengan bulan penuh suci ini, bulan Ramadhan. Segala keperluan lebaran sudah tercukupi. Jajanan, baju, dan perlengkapan penunjang lain.
Pagi tadi adalah pagi yang spesial. Matahari bersinar hangat. Suara burung terdengar merdu. Suasana tenang. Gema takbiran masih bergaung. Tumbuhan, hewan, dan seluruh makhluk yang ada di bumi seolah melafalkan takbiran. Orang-orang berduyun-duyun ke masjid dengan pakaian serba putih. Sebuah simbol bagaimana diri kita kembali ke fitrah. Aroma harum menguar. Senyum terlukis dari masing-masing wajah. Anak-anak berlarian dengan teman-temannya, menyambut hari paling indah dalam sejarah bersosial dan bermasyarakat.
Salat Id dilaksanakan. Orang-orang membentuk barisan berjejer rapi. Setelah salat, salah seorang pemuka agama mengumandangkan khotbah. Dia naik ke atas mimbar. Dengan gagah, dia mulai membuka suara. Khotbah tersebut berisikan tentang saling memaafkan antar umat, saling mempererat silaturahmi. Air mata berlinang darinya. Teringat akan anak, cucu, dan keluarga. Juga tentang kesalahan yang disengaja atau tak disengaja. Harapannya juga sama, semoga dia kembali memimpin khotbah tahun depan.
Khotbah yang penuh makna selesai. Orang-orang saling berjabat tangan, saling memaafkan. Segala ego dibuang jauh.
Sekarang waktunya kumpul keluarga. Anak-anak mencium tangan kedua orang tuanya, kakek dan neneknya. Istri meminta maaf kepada suami begitu pun sebaliknya. Nenek menjabat tangan kakek, begitu pun sebaliknya. Terus saling sambung menyambung. Lantas menikmati sajian makanan hasil racikan ibu. Menu yang mungkin hanya dijumpai pada lebaran.
Sanak keluarga datang berkunjung. Lebih luas gerbang silaturahmi. Keponakan, om, tante, semua berkumpul. Saling memaafkan. Kerekatan hubungan terjalin. Anak-anak bahagia karena mendapat angpao. Baju baru mereka kenakan termasuk alas kaki pun masih bau toko. Saling bertukar canda dan tawa. Sangat jarang berkumpul lengkap di hari-hari biasa karena kesibukan bekerja.
Giliran tetangga berkunjung. Orang yang setiap hari bertemu, orang yang pertama kali membantu jika ada kesulitan, orang yang selalu ada jika dibutuhkan. Mereka datang silih berganti. Berpakaian cantik dan ganteng. Saling memaafkan.
Sungguh benar-benar hari yang menyenangkan.
Lebih baik memaafkan daripada menunggu orang lain memaafkan kita. Di hari yang baik ini sudah barang tentu kita antar umat muslim semestinya sudah saling memaafkan. Melupakan kesalahan yang lalu. Dengan kita memaafkan orang lain, akan menambah kedewasaan diri. Orang yang senantiasa mau memberi maaf terlebih dahulu, surga telah menanti kalian.
Jangan menunggu dimaafkan orang lain. Jika kita memperbuat kesalahan, langsung ulurkan tangan, minta baik-baik permintaan maafnya. Jika kita dijahili/dijelekkan orang lain, jangan menunggu orang itu memelas maaf. Kasihlah maaf terlebih dahulu sebelum dia memintanya. Seperti sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Adh-Dhahak dari Ibnu Abbas r.a yang berbunyi:
"Jika hari kiamat tiba terdengarlah suara panggilan 'Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?'h Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu. Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga."
Memaafkan adalah sifat ksatria. Untuk itu, lebih baik kita memberi maaf terlebih dahulu ketimbang menunggu orang lain yang memberi maaf. Semoga di hari raya ini, kita senantiasa diberikan kesehatan dan semoga kita dapat bertemu dengan hari raya tahun depan. Aamiin.
Sebagai penutup, saya mengucapkan Minal 'aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Salam hangat and happy Eid Mubarak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H