Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bintang Hilang Kebahagiaan

19 Januari 2021   09:10 Diperbarui: 19 Januari 2021   09:16 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata rasa nyeri di lutut Bintang tak lekas hilang. Dia beberapa kali meminta break kepada pemimpin pertandingan. Namun hal itu menimbulkan reaksi dari Zidan. Dia memprotes tindakan Bintang yang terus meminta break. Juara bertahan itu menuntut pertandingan terus dilanjutkan. Hal tersebut wajar dilakukan oleh Zidan karena dia dalam posisi mengejar ketertinggalan. Terjadi perdebatan di antara kedua pemain. Wasit pun memutuskan untuk melanjutkan pertandingan karena permintaan break dari Bintang sudah melampaui batas.

Keadaan yang kurang ideal dari Bintang berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Zidan hingga dia menyamakan kedudukan. Karena skor sama kuat, pertandingan harus berlanjut pada set terakhir. Bintang mengatur konsentrasinya kembali. Dia meyakinkan dirinya dan berujar, "Mimpiku tergantung aku sendiri. Aku akan melawan batas kemampuan untuk mewujudkannya."

Di set penentuan ini, Bintang kembali on fire. Segala serangan dan pukulannya gagal dibendung oleh Zidan. Namun di angka penentuan, dia kembali merasakan nyeri di lututnya. Bahkan ini lebih parah. Rasa sakitnya menjalar. Merusak konsentrasi yang baru dibangunnya.

"Kaki bertahanlah. Satu angka lagi kau akan membawaku ke podium tertinggi." Bintang terus memompa semangatnya. Dia memaksakan kondisi. Menahan rasa sakit untuk terus bermain.

Permainan berlanjut. Servis sempurna dari Bintang. Pengembalian bola yang bagus dari Zidan menyulitkan Bintang dan membuat bola menjadi tanggung. Kesempatan Zidan untuk memperpanjang permainan. Zidan bersiap untuk melancarkan pukulan. Dia mengokang tangannya dan melepaskan pukulan. Namun sayang, bolanya membentur net dan jatuh di bidang permainannya sendiri.

Bintang langsung menjatuhkan badannya dan berteriak tanda kemenangan. Mengepalkan tangannya ke atas. Raut muka bahagia tak bisa disembunyikan lagi. Air mata bahagia timbul dari balik matanya. Para penonton memberikan standing applause untuk Bintang. Mereka mengapresiasi kerja keras Bintang selama pertandingan. Sementara Zidan hanya tertunduk lesu. Dia membanting betnya tanda kekecewaan.

Dengan wajah semringah, Bintang naik ke atas podium. Dia membalut badannya dengan bendera merah putih. Satu mimpinya kini menjadi kenyataan. Dia menerima kalungan medali dan melambaikan tangannya ke arah penonton. Tanda terima kasih karena telah mendukungnya selama pertandingan berlangsung.

Suasana sakral terjadi ketika sang saka merah putih dikibarkan. Seluruh orang yang ada di gelanggang olah raga dengan bangga memberikan hormat. Kemudian dengan serentak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tanpa terasa air mata Bintang tumpah. Mengucur melewati tulang pipi. Sebuah momen yang tak bisa dia lupakan seumur hidupnya.

Setelah turun dari podium dan mendapatkan perawatan, Bintang teringat kepada Agam. Mencari-cari Agam di sekitar gelanggang. "Agam harus tahu kalau aku berhasil menjadi juara," katanya dengan suara lirih.

***

"Mengapa kau biarkan dia datang? Bisa kerja nggak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun