Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Humor | Suwung

7 Januari 2021   21:06 Diperbarui: 7 Januari 2021   21:15 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perhatian: beberapa kata atau kalimat dalam cerita ini menggunakan bahasa Jawa.

Malam Minggu kemarin saya berencana untuk tidak keluar karena hawa dingin dan angin yang menyergap. Jadi selepas magrib, saya hanya leyeh-leyeh di ruang tamu sembari menghisap keretek dan melihat-lihat beranda Facebook. Ditemani wedang jahe membuat lengkap sudah kenikmatan.

Namun, sewaktu menikmati guyonan khas para kreator meme di salah satu grup, tiba-tiba terdengar suara motor berhenti di depan rumah, seketika saya melongok. Ternyata itu Mak, teman saya, dia datang dengan ngedumel sendiri.

"Malam minggu suwong, tak ada kegiatan, punya pacar satu tak mau diajak dolan. Lengkap macam gado-gado," katanya setelah duduk di sampingku.

Saya tak menggubris perkataan Mak. Saya sudah nyaman tenggelam dalam aktivitas dunia maya yang menghanyutkan.

"He ... awakmu gak suwong ta?" tanya Mak.

Saya masih tak menghiraukan cerocosan Mak. Peduli betul dengan manusia dengan perut sedikit buncit itu. Saya malah terkekeh ketika melihat video lucu yang dibagikan salah satu grup. Sementara Mak terlihat tampak kesal.

"Wooo ... cah edan. Kupingmu kuwi enek dangdutan opo enek pasar seh neng jerone? Kat maeng diajak ngomong enggak respon blas."

"Ngopo seh Mak?"

"Aku ke sini biar terhibur ngono lho. Suram malam iki. Pacarku tak mau diajaka dolan."

"Ya jelas pacarmu nolak. Otakmu wae udah mesum."

"Anak gemblung iki. Ayo metu neng ngendi ngono! Aku suwong, Kek."

"Aku terlalu nyaman karo posisiku saiki, Mak. Nyedot rokok, leyeh-leyeh, nonton video lucu. Jan surga dunia." Saya tersenyum.

"Iki bukan wayahe ngomongno babakan surga. Enggak usah kakehan cangkem. Yoh keluar wae!"

Karena tak enak hati dan sebagai rasa solidaritas, saya akhirnya memutuskan untuk ikut ajakan Mak. Walaupun setiap keluar dengannya selalu tidak jelas arah tujuan. Dengan motor Scoopy kesayangannya, Mak menggandeng ke rumah Himi, tempat biasa kami nongkrong. Tak jauh dari rumah hanya beberapa menit sudah sampai.

Di rumah Himi terlihat kosong melompong, tidak ada kehidupan. Saya kemudian masuk karena rumahnya yang tak pernah dikunci. Benar tak ada orang di dalam, hanya motor Jupiter yang menyapa di ruang tamu. Saya meraih ponsel, meneleponnya, juga tidak ada jawaban. Di dalam hati saya berkata, tujuan buntu ini.

"Iki padha nyandi ta jane. Wis pacar susah diajak kompromi, teman padha ilang. Jan kaya geneman ora dibungkus, ambyar."

Mak menutup pintu dengan sembarang, membuatku sedikit kaget.

"Sepi, Mak. Mubeng-mubeng kota piye?" tanyaku kepada Mak yang sekarang sudah nangkring di atas motor. Mak mengangguk.

Akhirnya kami berdua hanya muter-muter keliling kota seperti lebah kehilangan sarangnya. Menikmati keindahan jalanan dengan gemerlap lampunya yang berpijar. Banyak muda-mudi yang tampak asyik dengan pasangannya sendiri-sendiri.

Sebuah mobil melaju dengan kencang, menyalip. Kami tersentak, hampir jatuh. Mak kemudian berteriak, "Hoi ... kalau naik motor aja banter-banter! Iki sirah ya iso pecah lek nganti nggloso."

Kemudian kami terus melaju dengan kecepatan pelan. Di sisi kiri jalan, tepat di sebuah kedai kopi, Mak melihat dua orang yang berpegangan tangan, mesra. Mak lantas mengumpat, "Apes tenan malam Minggu iki. Dekne enak-enakan pegangan tangan, lha sini, ngenes, Kek."

"Tenang, Mak. Nanti kau karo pacarmu ya iso kaya ngono. Kalau kau enggak mau, aku siap mewakili," bisikku kepada Mak.

"Diam kau!" kata Mak kesal.

Saya tertawa keras. Mak kemudian nge-gas motornya tiba-tiba, membuatku terkaget. Saya lantas mengumpat kepada Mak. Dia berbalik tertawa.

Ketika motor berhenti di lampu merah, awalnya Mak mendadak diam, saya sempat curiga kalau dia hendak melakukan hal aneh. Dan benar, tanpa ba-bi-bu, Mak bernyanyi dengan suara parau nan kencang:

Malam-malam aku sendiri

Tanpa cintamu lagi

Ho-u-wo-o-o-o-o

Hanya satu keyakinanku

Bintang kan bersinar

Menerpa hidupku

Bahagia kan datang

Orang-orang yang berhenti di depan dan belakang kami melihat tingkah laku Mak. Ada yang bingung, bisik-bisik dengan temannya, cekikikan, bahkan sempat ada yang merekam. Mak tak peduli dengan semua itu, dia tampak menikmati suaranya yang menurutnya seperti Cakra Khan. Sedangkan saya hanya bisa menutup wajah dengan jaket sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah teman saya yang satu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun