Si vis pacem, para bellum. Kata peribahasa Latin, jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang. Jelas, dalam pembukaan UUD 1945 Indonesia itu cinta damai, apakah harus tetap siap menghadapi peperangan?
Indonesia itu gak suka berperang setelah ratusan tahun merasakan betapa menderitanya peperangan. Tetapi apa iya, kalau ada orang lain ganggu, masuk rumah tanpa izin, kita diam saja?
Istilah anak Betawi, "lu jual gue beli" atau malah kalau bisa kita "borong" sekalian. Seperti hari ini, Tiongkok atau China dah berani "jual" dengan masuk ke zona ekonomi eksklusifnya Indonesia di Natuna. Berani nggak kita "borong" tuh kapal Tiongkok?
Warga +62 sepertinya kalau dilihat di sosial media dah gak sabar dengan Tiongkok. Rame-rame "ngomporin" pemerintah tuk kasih tindakan tegas ke Tiongkok yang melanggar hak kedaulatan (sovereign right) kita di Natuna.
Masuk ke zona eksklusif tanpa izin itu ibarat kita masuk ke hati wanita yang sudah dimiliki orang lain. Cowoknya dia pasti marah lah. Harusnya sih.
Bagaimana dengan kita? Di media, Menko Kemaritiman, Opung Luhut Pandjaitan bilang "jangan dibesar-besarkan". Menhan, Purnawirawan Jenderal Prabowo "..China adalah negara sahabat." Keduanya nampak gak mau ribut.
Ada lagi yang terbaru, Bapak Mahfud MD bilang nelayan akan ke Natuna. OMG, Oh My God, kenapa nelayan yang dikirim ke sana? Bla..bla..bla, banyak lagi komentar-komentar netizen yang terhormat.
Tapi jujur, kalaupun Tiongkok keukeuh bahwa mereka gak salah, tetap melanggar ZEE Indonesia meski sudah diakui UNCLOS (The United Nations Convention on the Law of the Sea) misalnya, disaat gak ada pilihan lain, worst case scenario, kira-kira siap gak Indonesia berperang?
Darah pejuang pasti masih mengalir di setiap WNI. Sejarah panjang perjuangan kemerdekaan melawan penjajah Belanda, Portugis, Inggris sampai Jepang dengan bambu runcing dan pekikan takbir pun jadi. Indonesia sudah melewati itu semua.
Tapi kali ini, berperang bukan seperti pertandingan bulu tangkis putra dimana kita "11-12" dengan Tiongkok. Seperti bulu tangkis ketika mau "perang" di Olimpiade, ada pelatnas, ada pemusatan latihan nasional dengan program jangka panjang yang terukur.