Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengembalikan Predikat "Macan Asia"

13 Desember 2019   17:15 Diperbarui: 20 Januari 2020   15:38 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bank Dunia, The Global Competitiveness Index 2019

Namun kini, jutaan orang mulai menyadari termasuk saya, segala sesuatu yang diproduksi terus menerus, apalagi SDA maka lambat laun akan menurun tingkat produktifitasnya. 

Sebagai contoh, mungkin anda pernah berkunjung ke negeri "laskar pelangi" di Bangka-Belitung atau coba berselancar di mesin pencarian dunia maya, timah yang menjadi komoditi utama waktu itu, kini sudah mulai menurun tingkat produksinya, di beberapa lokasi pertambangan liar bahkan hanya meninggalkan sisa bukti eksploitasi.

Contoh lainnya migas, minyak bumi dan gas. Menurut data BP Statistic, jika pada tahun 1980 cadangan minyak terbukti Indonesia mencapai 11,6 miliar barel namun pada 2017 tinggal 3,17 miliar barel. Tingkat produksi pun menurun di bawah 800 ribu barel per hari, konsumsinya meningkat 1,5 juta barel per hari. Maka Indonesia masih impor sampai dengan hari ini.

Indonesia sebetulnya bukanlah negara kaya minyak karena cadangan terbukti minyak Indonesia yang hanya 0,2% dari cadangan minyak global. 

Dengan tingkat produksi hari ini, jika tak lagi menemukan cadangan minyak baru, banyak ahli memperkirakan bahwa minyak bumi akan habis dalam wakty 11-12 tahun ke depan. Hal ini sudah menjadi fakta jauh-jauh hari di 2008 silam, jika Indonesia sudah memutuskan keluar dan tak lagi menjadi anggota negara-negara pengekspor minyak, OPEC (The Organization of the Petroleum Exporting Countries).

Sama halnya dengan minyak bumi, gas juga mengalami penurunan tren produksi karena turunnya cadangan persediaan. Cadangan gas Indonesia hanya 1,6% dari cadangan gas dunia. Diperkirakan oleh para ahli dalam jangka waktu 35 tahun ke depan Indonesia tak lagi memproduksi gas karena cadangan yang kian menipis dari tahun ke tahun. 

Ya kemarin, kini dan ke depan, dari Sabang --Merauke sudah berjajar contoh-contoh bahwa cadangan SDA terus menurun, mulai dari gas arun di Aceh, timah di Bangka Belitung, batubara di Kalimantan hingga mungkin selanjutnya emas di Papua.

Tak ayal, teori tentang kutukan sumber daya alam (resources curse) memang banyak terbukti di banyak wilayah di Indonesia, sebuah teori yang mengatakan adanya paradoks dimana daerah yang berlimpah SDA malah menjadi daerah tertinggal dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, pendidikan masyarakat yang tertinggal, kesehatan yang tak terjamin dibalik keberlimpahan SDA yang ada.

Menuju SDM Unggul

Di setiap zaman, l'histoire se repete, sejarah itu pasti berulang.

Di Jepang, Kaum Samurai diidentikan sebagai kelompok terdidik yang bertransformasi sebagai pembaharu. Di Indonesia, kelompok pembaharu berasal dari latar belakang berbeda, namun semua didominasi oleh kelompok terdidik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun