Kriptomnesia terjadi ketika memori yang terlupakan kembali hadir tanpa disadari oleh seseorang yang dipicu oleh beragam hal yang dapat membangkitkan kembali suatu memori yang telah lama 'mengendap', dan biasanya, orang yang mengalami Kriptomnesia akan percaya bahwa ide yang muncul dan apa yang sedang dibuat atau dikerjakannya merupakan suatu hal yang baru dan yang pertama kalinya ada; hal yang orisinil datang dari dalam pikirannya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Kriptomnesia adalah salah satu kondisi bias memori ketika seseorang berada dalam penciptaan pemikiran, ide, nada, atau lelucon. Jadi mereka bukan secara sengaja melakukan plagiarisme, melainkan mengalami bias pengalaman memori seolah-olah hal tersebut sebuah inspirasi baru yang diciptakannya. Memori itu telah terekam beberapa waktu lalu, telupakan begitu saja, mengendap di bawah alam sadar, dan kemudian muncul kembali ke dalam pikiran mereka sebagai memori yang dianggap orisinil.
Kita lihat kasus konflik yang dialami antara Lady Gaga dengan Madona. Mengutip medcom.id, di tahun 2016 Lady Gaga sebagai pihak tertuduh plagiarisme mengatakan bahwa meskipun ia mendengarkan lagu-lagu Madonna namun ia tidak suka dianggap meniru bahkan disamakan dengan Madonna karena dirinya dan Madonna memang berbeda. Tak sampai di situ, Lady Gaga pun memberikan pernyataan sebagai bentuk pembelaan diri:
Aku bermain banyak instrumen. Aku menulis laguku sendiri. Aku menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari di studio. Aku seorang produser. Apa yang aku lakukan berbeda.
Dari pernyataan Lady Gaga ini, kita dapat berasumsi bahwa ia memang sempat mengalami Kriptomnesia; di mana Lady Gaga meyakini bahwa karyanya telah melewati proses kreatif yang orisinil namun tanpa di sadari selama proses itu berlangsung, ada kemungkinan memori Lady Gaga mengalami bias sehingga ia tanpa sengaja membuat bagian lagu yang mirip dengan karya Madonna.Â
Hal ini dapat dikatakan juga sebagai bentuk manifestasi akan endapan memori Lady Gaga ketika mendengarkan lagu Madonna yang telah ia dengarkan sebelum-sebelumnya. Namun, ini hanya sebatas asumsi saja. Kita masih memerlukan bentuk klarifikasi dan/atau  bentuk validitas lainnya bahwa Lady Gaga memang mengalami Kriptomnesia selama membuat Born This Way.
Fenomena Kriptomnesia juga dapat kita temukan pada kasus George Harrison, mantan personil band The Beatles. Lain halnya dengan Lady Gaga yang sampai saat ini dirasa perlu pembuktian apakah ia mengalami Kriptomnesia, George Harrison mengatakan bahwa ia mengalami Kriptomnesia. Hal ini ia sampaikan di persidangan atas kasus tuduhan plagiarisme yang dialaminya pada karyanya, yaitu My Sweet Lord (ada perdebatan sampai saat ini mengenai hal ini apakah hanya alibi semata atau pengakuan yang sesungguhnya).
Pihak Harrison kemudian melanjutkan bahwa sumber bentuk Kriptomnesia yang dialami Harrison pada karyanya itu berasal saat ia mendengar lagu The Chiffons yang berjudul He's So Fine, yang hits dan menjadi bestseller pada tahun 1963, ketika Harrison masih remaja dan mendengarnya melalui radio.
Meskipun pihak Harrison telah memberikan pernyataan bahwa plagiarisme yang dilakukan Harrison tidaklah disengaja, namun ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya kalah dalam proses pengadilan serta harus mematuhi keputusan pengadilan yang memvonis kasus ini sebagai suatu pelanggaran hak cipta dan mengharuskan George Harrison membayar ganti rugi kepada Bright Tunes Music (perusahaan pemegang hak cipta He's So Fine).
Lalu muncul pertanyaan baru: "apakah baik Lady Gaga maupun George Harrison tidak kreatif?" Justru, para pemikir kreatif sekalipun tidak akan kebal terhadap Kriptomnesia. Hal ini dapat kita lihat pada kasus Kriptomnesia yang juga terjadi di dunia kepenulisan. Bahkan fenomena ini terjadi tidak hanya pada penulis biasa (penulis  pada umumnya), melainkan juga pada para penulis yang dikenal sebagai pemikir besar hingga saat ini.
Kriptomnesia di Dunia Kepenulisan
Mengenai fenomena Kriptomnesia di dunia kepenulisan, Freud dan Nietzsche adalah dua pemikir yang mengalami hal ini dalam tulisan-tulisannya dan mengakuinya. Fenomena yang terjadi pada kedua pemikir besar ini  dapat kita baca pada tulisan-tulisan yang telah ditulis oleh F. Kraupl Taylor (mengenai Freud) dan Carl Gustav Jung (mengenai Nietzsche).