Dari artikel yang ditulis oleh Yi Xiao dan Shubin Yu, jelas bahwa peran AI, khususnya ChatGPT, dalam komunikasi krisis memiliki potensi yang besar namun tetap terbatas. Penggunaan chatbot yang didukung oleh kecerdasan buatan dapat meningkatkan efisiensi dan memberikan informasi yang cepat dan akurat, terutama dalam situasi di mana waktu adalah faktor krusial. Namun, dalam menghadapi krisis yang kompleks dan penuh nuansa emosional, chatbot masih belum mampu menggantikan sentuhan manusia yang dibutuhkan untuk memberikan dukungan psikologis.
Melalui kombinasi antara AI dan manusia, organisasi dapat mengoptimalkan kekuatan keduanya untuk mencapai komunikasi krisis yang lebih baik. Dalam konteks tertentu, seperti memberikan instruksi teknis atau informasi penting secara cepat, chatbot dapat diandalkan. Namun, ketika situasi membutuhkan penyesuaian dan empati, interaksi manusia tetap menjadi komponen yang tak tergantikan.
Oleh karena itu, masa depan komunikasi krisis bukanlah tentang menggantikan manusia dengan AI sepenuhnya, melainkan tentang bagaimana memanfaatkan teknologi untuk mendukung dan memperkuat peran manusia. Penelitian ini memberikan landasan penting bagi organisasi yang ingin merancang strategi komunikasi krisis yang lebih responsif dan adaptif, dengan tetap mempertahankan unsur kemanusiaan yang esensial.
Referensi
Xiao, Y., & Yu, S. (2024). Can ChatGPT replace humans in crisis communication? The effects of AI-mediated crisis communication on stakeholder satisfaction and responsibility attribution. International Journal of Information Management, 80, 102835. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2024.102835
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H